Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Secangkir Refleksi: Merapi, Kopi, dan Makna Kehidupan

19 Juli 2024   00:01 Diperbarui: 19 Juli 2024   00:02 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seusai mengikuti workshop yang menarik di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), saya merasa lelah namun puas dengan ilmu baru yang didapat. Tepat saat hendak pulang, seorang kawan yang juga sedang menempuh studi S2 di kampus yang sama mengajak untuk bersantai sejenak. Ia menyarankan untuk menikmati secangkir kopi di sebuah tempat dengan pemandangan megah Gunung Merapi. Tawaran tersebut tentu sulit ditolak, mengingat kesempatan untuk melepas penat sambil menikmati panorama Merapi yang menakjubkan hanya saat berada di Yogyakarta.

Merapi, gunung berapi paling aktif di Indonesia, berdiri kokoh di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dengan ketinggian 2.968 meter di atas permukaan laut, Merapi bukan hanya sebuah landmark geografis, tetapi juga simbol budaya dan spiritual bagi masyarakat setempat. Kehadirannya yang mencolok di cakrawala menjadi pemandangan yang tak terlupakan bagi siapa pun yang berkesempatan melihatnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren "ngopi dengan view Merapi" telah menjadi fenomena tersendiri. Berbagai kafe dan warung kopi bermunculan di lereng-lereng gunung, menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung. Dari kedai sederhana hingga kafe modern dengan desain instagramable, semua berlomba-lomba menyuguhkan panorama terbaik Gunung Merapi sebagai daya tarik utama mereka.

Namun, di balik tren yang kian populer ini, tersimpan makna yang lebih dalam. Ngopi dengan view Merapi bukan sekadar aktivitas leisure biasa atau upaya mencari konten media sosial. Ini adalah sebuah perjalanan kontemplasi, di mana secangkir kopi menjadi jembatan antara manusia, alam, dan diri sendiri.

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Ketika kita duduk di salah satu kafe dengan pemandangan Merapi, hal pertama yang menarik perhatian adalah keagungan gunung itu sendiri. Sosoknya yang menjulang tinggi mengingatkan kita akan betapa kecilnya manusia di hadapan alam. Merapi, dengan segala kekuatan dan misterinya, mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan penghormatan terhadap kekuatan alam.

Sementara itu, aroma kopi yang menguar memberikan sensasi familiar yang menenangkan. Kopi, minuman yang telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia, memiliki kekuatan untuk menghubungkan kita dengan akar tradisi. Setiap tegukan seolah membawa kita pada perjalanan melintasi sejarah dan warisan leluhur.

Kombinasi antara keagungan Merapi dan kenikmatan secangkir kopi menciptakan momen introspeksi yang langka. Di tengah kesibukan hidup sehari-hari, kita jarang memiliki kesempatan untuk benar-benar berhenti dan merenungkan perjalanan hidup kita. Namun, di sini, dengan pemandangan yang memukau dan minuman yang menenangkan, pikiran kita seolah diberi ruang untuk mengembara.

Kita mulai merenungkan berbagai aspek kehidupan. Bagaimana gunung yang telah berdiri selama jutaan tahun ini telah menyaksikan berbagai peradaban datang dan pergi. Bagaimana letusan-letusannya yang dahsyat telah membentuk lanskap dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dan bagaimana, meskipun menghadapi ancaman konstanp, manusia tetap memilih untuk hidup dan berkembang di sekitar Merapi.

Ini mengingatkan kita akan ketangguhan spirit manusia. Seperti kopi yang tetap tumbuh di lereng-lereng gunung berapi, manusia pun memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dan bertahan dalam kondisi sulit. Masyarakat di sekitar Merapi telah membuktikan hal ini selama berabad-abad, hidup berdampingan dengan ancaman letusan namun tetap menjaga harmoni dengan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun