Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harmoni dalam Keragaman, Kunci Kerukunan Bermasyarakat

18 Juni 2024   18:49 Diperbarui: 18 Juni 2024   19:07 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen babelpos.id

Toleransi merupakan kunci utama dalam menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah keragaman yang ada. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan, toleransi menjadi sebuah keniscayaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kisah keluarga Kamarudin Muten atau yang akrab disapa Afa menjadi contoh nyata bagaimana toleransi dapat tumbuh dan terpelihara dalam lingkup keluarga.

Momen Idul Adha menjadi spesial bagi keluarga Afa karena di sanalah terjalin ikatan kasih sayang yang melampaui batas-batas perbedaan agama. Dengan tulus, Afa menghadiahi sapi kurban kepada anaknya yang beragama Islam, Gracia Muten, serta suami dan anak-anaknya. Sebuah gestur sederhana yang mengandung makna mendalam tentang penghargaan terhadap keyakinan masing-masing. Tradisi berqurban dalam Islam merupakan bentuk ibadah yang sangat bermakna, di mana hewan kurban disembelih sebagai simbol ketaatan dan ketulusan hati kepada Allah. Dengan memberikan sapi kurban kepada anaknya, Afa menunjukkan bahwa ia menghormati dan mendukung kepercayaan Gracia dalam menjalankan ibadah tersebut.

Keputusan Gracia untuk menjadi mualaf pada tahun 2016 tentunya bukan hal yang mudah bagi keluarga. Namun, dengan kebijaksanaan yang dimiliki, Afa dan keluarga besar mampu menerima perbedaan tersebut dengan lapang dada. Mereka memahami bahwa agama adalah pilihan pribadi yang harus dihormati, bukan untuk diperdebatkan atau bahkan dipertentangkan. Dengan sikap ini, Afa dan keluarga besar mencerminkan nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam agama mereka sendiri, yaitu saling menghormati dan menghargai perbedaan.

Sikap Afa yang mengapresiasi keputusan anaknya dengan memberikan sapi kurban patut diapresiasi. Ini bukan semata-mata tentang hadiah, melainkan sebuah simbol penghargaan terhadap keyakinan yang dianut oleh Gracia. Dengan gestur ini, Afa menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk saling mencintai dan menghormati satu sama lain. Baginya, ikatan keluarga yang didasari oleh cinta dan kasih sayang jauh lebih penting daripada perbedaan keyakinan yang ada.

Toleransi dalam keluarga Afa menjadi cerminan bahwa kerukunan beragama dapat terwujud jika setiap individu memiliki sikap terbuka dan saling menghargai. Tak ada yang perlu dipertentangkan atau dipaksakan ketika masing-masing pihak menghormati hak dan keyakinan orang lain. Inilah esensi dari toleransi yang sesungguhnya, di mana perbedaan justru menjadi kekayaan yang dapat dipelihara dan dihargai. Dalam keluarga Afa, perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk saling mencintai dan menjalin hubungan yang harmonis.

Namun, toleransi tidak hanya berlaku di lingkup keluarga saja. Dalam skala yang lebih luas, toleransi harus menjadi landasan utama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Indonesia, dengan keragaman yang dimilikinya, membutuhkan perekat yang kuat untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Toleransi adalah kunci untuk mencegah perpecahan dan konflik yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

Sikap toleran tidak hanya berarti menerima perbedaan secara pasif, tetapi juga aktif dalam membangun dialog dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang berbeda. Dengan saling menghargai dan memahami satu sama lain, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya kerukunan hidup bermasyarakat. Contohnya, kegiatan-kegiatan seperti dialog antaragama, festival budaya, dan kegiatan sosial yang melibatkan berbagai komunitas dapat menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan saling pengertian di tengah keragaman.

Pendidikan tentang toleransi harus terus digalakkan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas. Generasi muda perlu dibekali dengan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menghargai perbedaan dan membangun rasa saling pengertian. Kurikulum pendidikan dapat mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keragaman, sehingga sejak dini, anak-anak dapat memahami bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dipertentangkan, melainkan sebuah kekayaan yang harus dijaga dan dihargai.

Selain pendidikan formal, keluarga juga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai toleransi kepada anak-anak. Orang tua dapat menjadi teladan dalam menghargai perbedaan dan mengajarkan anak-anak untuk bersikap terbuka terhadap orang lain yang berbeda latar belakang. Lingkungan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang, seperti yang tercermin dalam keluarga Afa, akan menjadi pondasi yang kuat bagi tumbuhnya sikap toleran dan saling menghargai.

Dalam konteks yang lebih luas, pemerintah juga memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan dan program yang mendukung terwujudnya toleransi. Undang-undang dan peraturan harus menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta melindungi hak-hak kelompok minoritas. Selain itu, pemerintah juga harus proaktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi dan mempromosikan dialog antaragama serta antarbudaya. Program-program seperti kampanye anti-diskriminasi, pelatihan kepemimpinan untuk mempromosikan toleransi, dan dukungan finansial bagi organisasi-organisasi yang mendorong kerukunan dapat menjadi langkah nyata dalam mewujudkan toleransi di tingkat nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun