Lingkar Belajar Guru (LBG) merupakan forum diskusi yang dibentuk oleh Pengurus PGRI Cabang di bawah koordinasi Pengurus PGRI Kabupaten/Kota. LBG hadir sebagai wadah bagi anggota PGRI Tingkat Cabang dan Ranting untuk menampung, merumuskan, menyelesaikan, dan menyalurkan aspirasi anggota berdasarkan isu-isu mutakhir yang berkembang dan berkaitan dengan kepentingan internal organisasi serta pengembangan profesi guru.
Tujuan utama dibentuknya LBG adalah untuk memberdayakan dan meningkatkan partisipasi serta kapabilitas anggota PGRI. Selain itu, LBG juga bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kapasitas kepemimpinan serta kaderisasi anggota PGRI. Dengan demikian, LBG berperan penting dalam mencetak kader-kader potensial yang kelak dapat menjadi tulang punggung organisasi.
Sasaran utama dari kegiatan LBG adalah Pengurus dan anggota PGRI di Tingkat Cabang dan Tingkat Ranting di seluruh Indonesia. Dengan cakupan yang luas ini, diharapkan LBG dapat menjadi wadah bagi seluruh guru di tanah air untuk terus mengembangkan diri dan berpartisipasi aktif dalam memajukan organisasi profesi.
Implementasi LBG telah dimulai sejak tahun 2018, melalui kerjasama PGRI dengan Educational International dan Consortium Partners dalam sebuah proyek percontohan (Pilot Project). Pelaksanaan LBG di tingkat cabang dikoordinasikan oleh Pengurus PGRI Kabupaten/Kota, sedangkan penyelenggaraannya dilakukan secara periodik sesuai dengan kebutuhan masing-masing Cabang PGRI.
Materi diskusi dalam LBG mencakup isu-isu aktual tentang penguatan organisasi, pengembangan profesi dan kompetensi, serta penguatan serikat pekerja guru. Dengan membahas isu-isu terkini, LBG diharapkan dapat menjadi wadah bagi para guru untuk terus meningkatkan wawasan dan pengetahuan mereka.
Keberadaan LBG telah memberikan dampak positif bagi organisasi PGRI dan para anggotanya. Salah satu dampak utama adalah terciptanya "learning community" yang berimbas pada peningkatan wawasan dan kapasitas anggota. Melalui LBG, para guru dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik-praktik terbaik dalam mengembangkan profesi mereka.
Selain itu, LBG juga membekali pengurus dan anggota PGRI untuk melakukan advokasi dan kampanye terkait isu-isu pendidikan dan profesi guru. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui LBG, para guru dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan mereka.
Dampak lain yang tak kalah pentingnya adalah meningkatnya solidaritas, militansi, semangat berorganisasi, dan kebersamaan di kalangan anggota PGRI. LBG menjadi wadah bagi para guru untuk saling menguatkan dan mendukung satu sama lain, sehingga tercipta ikatan yang kuat di antara mereka.
Melalui diskusi-diskusi yang dilakukan dalam LBG, para anggota PGRI menjadi lebih peka terhadap tantangan organisasi dan tuntutan profesi yang terus berkembang. Mereka memahami dinamika dan tuntutan organisasi serta berusaha mencari solusi terbaik untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Dampak lain yang tak kalah penting adalah meningkatnya jumlah anggota dan iuran organisasi PGRI. Dengan adanya LBG, para guru menjadi lebih tertarik untuk bergabung dengan organisasi profesi ini, sehingga basis keanggotaan PGRI semakin meluas.
