Selama bertahun-tahun, narasi sejarah penyebaran Islam di Nusantara seringkali didominasi oleh satu sudut pandang saja, yaitu kedatangan para wali dari Demak. Namun, sudut pandang ini perlu dipertanyakan dan diperluas agar kita memperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang proses penyebaran agama Islam di kepulauan Nusantara.
Dalam sambutannya pada acara Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara pada 2017, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen (alm) mengungkap fakta sejarah yang menantang narasi mainstream. Beliau menyampaikan bahwa Islam di wilayah Sarang, Rembang, Jawa Tengah, sebenarnya dibawa oleh para pendakwah dari Belitung, bukan dari Demak. Kisah ini diwariskan secara turun-temurun dalam keluarganya, berasal dari leluhurnya yang belajar di Belitung dan menelusuri jejak para pendakwah dari sana.
Fakta sejarah ini mengajak kita untuk membuka cakrawala dalam memandang penyebaran Islam di Nusantara. Kita perlu menyadari bahwa proses penyebaran agama ini tidak hanya terpusat di satu wilayah tertentu, melainkan melibatkan berbagai daerah dan masyarakat di Nusantara. Dengan memperluas perspektif, kita dapat menghargai keragaman peran dan sumbangsih setiap masyarakat dalam menyebarkan nilai-nilai Islam.
Kisah Mbah Moen juga mengingatkan kita bahwa penyebaran Islam di Nusantara tidak selalu berlangsung dengan damai. Ada konflik dan pertempuran yang terjadi, seperti antara pasukan Kubilai Khan dengan Kerajaan Singosari dan Majapahit. Namun, justru dari konflik ini, nilai-nilai Islam kemudian berakar dan berkembang di berbagai wilayah, termasuk di Sarang yang didatangi oleh para pendakwah dari Belitung.
Keberadaan Desa Belitung di Kecamatan Sarang menjadi bukti nyata akan adanya hubungan historis antara Sarang dan Belitung dalam konteks penyebaran Islam. Ini menunjukkan bahwa narasi sejarah tidak bisa hanya berpusat pada satu wilayah saja, melainkan harus mengapresiasi peran berbagai daerah dan masyarakat dalam proses penting tersebut.
Lebih jauh, kisah ini mengajak kita untuk menghargai sumbangsih setiap individu dalam menyebarkan kebaikan dan membuka cakrawala spiritual bagi sesama. Seringkali, kita hanya mengapresiasi peran tokoh-tokoh besar atau kelompok tertentu dalam penyebaran agama. Namun, kisah Mbah Moen mengingatkan kita bahwa ada individu-individu biasa yang turut andil dalam menyebarkan nilai-nilai agama, meskipun jasanya mungkin tidak terlalu disorot.
Dengan memahami keragaman sudut pandang sejarah, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang perjalanan panjang penyebaran Islam di Nusantara. Kita akan menghargai peran setiap individu dan masyarakat dalam proses tersebut, tanpa harus terjebak dalam satu narasi tunggal yang menyempit.
Pada akhirnya, kisah Mbah Moen tentang Islam di Sarang yang berasal dari Belitung bukanlah sekadar cerita lama. Ia merupakan ajakan bagi kita untuk terus menggali dan mempelajari sejarah dengan perspektif yang lebih luas dan terbuka. Dengan demikian, kita dapat memahami keragaman dan kekayaan sejarah penyebaran Islam di Nusantara, serta menghargai sumbangsih setiap elemen masyarakat dalam proses penting tersebut.Â
Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/mbah-moen-islam-sarang-dari-belitung-bukan-dari-demak-LzCGI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H