"Kejujuran tak ternilai harganya, sedangkan clickbait hanya mengejar untung sesaat dengan mengorbankan integritas."
Di era digital saat ini, informasi menjadi komoditas yang sangat berharga. Kita dihadapkan dengan begitu banyak berita dan konten online setiap harinya, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk memilah mana yang layak dikonsumsi dan mana yang tidak. Salah satu taktik yang kerap digunakan oleh media online untuk menarik perhatian pembaca adalah clickbait. Meskipun tampak sederhana, clickbait sebenarnya merupakan bentuk manipulasi yang dapat membahayakan integritas jurnalisme dan merugikan pembaca.
Clickbait adalah judul atau thumbnail yang sengaja dibuat provokatif dan menggoda rasa ingin tahu pembaca, dengan tujuan agar mereka mengklik tautan tersebut. Sayangnya, seringkali isi berita atau konten di baliknya tidak sesuai dengan janji yang ditawarkan dalam judul atau thumbnail tersebut. Praktik ini jelas merupakan penipuan terhadap pembaca, yang telah dimanipulasi untuk mengklik tautan dengan harapan yang tidak terpenuhi.Â
Sebagai contoh, sebuah judul clickbait mungkin berbunyi "Anda Tidak Akan Percaya Apa yang Terjadi Selanjutnya!" atau "Lihat Transformasi Menakjubkan Wanita Ini!". Judul-judul seperti ini sengaja dibuat ambiguitas dan memancing rasa ingin tahu, namun tidak memberikan informasi yang cukup untuk memenuhi janji yang diberikan.
Seperti yang diungkapkan oleh Abhijnan Chakraborty dari Indian Institute of Technology Kharagpur dalam papernya berjudul "Stop Clickbait: Detecting and Preventing Clickbaits in Online News Media", clickbait mengeksploitasi sisi kognitif manusia yang disebut curiosity gap. Ini adalah celah antara apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita ketahui, yang mendorong kita untuk mencari informasi lebih lanjut.Â
Clickbait sengaja membuat judul atau thumbnail yang mengekspos sebagian informasi untuk memancing rasa ingin tahu pembaca, sehingga mereka terdorong untuk mengklik tautan. Namun, ketika pembaca akhirnya mengklik tautan tersebut, mereka sering kali merasa kecewa karena isi konten tidak sesuai dengan ekspektasi yang dijanjikan.
Praktik clickbait ini sangat berbahaya bagi integritas jurnalisme dan media online. Jurnalisme seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai seperti akurasi, objektivitas, dan kejujuran. Namun, clickbait justru memanipulasi informasi dan menipu pembaca demi mendapatkan lebih banyak klik dan pendapatan iklan. Ini merupakan pengkhianatan terhadap kepercayaan publik dan dapat merusak kredibilitas media yang bersangkutan.Â
Sebagai contoh, sebuah media online mungkin menggunakan judul clickbait "Artis Ini Membeli Rumah Mewah Seharga Rp100 Miliar!" untuk menarik perhatian, namun dalam isi beritanya hanya membahas gaya hidup mewah artis tersebut tanpa detail spesifik mengenai pembelian rumah yang dimaksud. Ini jelas merupakan penipuan terhadap pembaca yang mengharapkan informasi spesifik sesuai janji judul.
Selain itu, clickbait juga merugikan pembaca. Waktu dan perhatian kita adalah komoditas yang berharga, dan clickbait telah mencuri kedua hal tersebut dengan cara yang tidak beretika. Kita merasa ditipu dan kecewa setelah mengklik tautan yang ternyata tidak sesuai dengan janji yang diberikan. Ini dapat menimbulkan rasa frustasi dan kehilangan kepercayaan terhadap media online secara umum.Â
Bayangkan saja jika Anda mengklik sebuah judul clickbait yang menjanjikan "Rahasia Diet Ampuh untuk Turunkan 10 Kg dalam Sebulan!", namun isi artikelnya hanya mempromosikan produk diet tertentu tanpa memberikan informasi substansial. Tentu saja ini akan sangat mengecewakan dan membuang waktu Anda.