"Kesuksesan sejati tidak diukur dari prestasi akademik semata, melainkan dari integritas akhlak dan kemuliaan hati."
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam membangun peradaban manusia yang bermartabat. Namun, terlalu sering kita melihat pendidikan hanya sebagai sarana untuk mengejar prestasi akademik semata.Â
Kita melupakan tujuan yang lebih besar dari pendidikan itu sendiri: membentuk individu yang utuh, baik secara intelektual, spiritual, emosional, maupun sosial.
Dalam tradisi Islam, konsep pendidikan yang holistik ini dikenal dengan istilah "tarbiyah". Tarbiyah tidak hanya menekankan pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan karakter mulia yang mencerminkan nilai-nilai keislaman.Â
Tujuannya adalah untuk menciptakan individu yang "beribadah dengan ihsan", yang tidak hanya mengerjakan kewajiban secara lahiriah, tetapi juga dengan keikhlasan dan kedalaman spiritual.
Dengan demikian, seorang Muslim yang terdidik tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kokoh, seperti kesabaran, ketaatan, dan kerendahan hati. Inilah yang kemudian akan membuatnya menjadi "khalifah" yang mampu memimpin dirinya sendiri, memimpin orang lain, dan melayani sesama dengan sepenuh hati.
Sayangnya, dalam praktiknya, pendidikan saat ini masih terlalu berfokus pada aspek akademik semata. Kita memaksa anak-anak untuk menghafal materi pelajaran demi mencapai nilai tinggi dalam ujian. Namun, kita melupakan aspek-aspek lain yang sama pentingnya, seperti pembentukan karakter, pengembangan kecerdasan emosional, dan penanaman nilai-nilai spiritual.
Padahal, jika kita melihat kembali kepada tujuan pendidikan yang sesungguhnya, maka pendidikan holistik merupakan suatu keharusan. Bagaimana mungkin kita dapat menghasilkan generasi yang berakhlak mulia jika kita hanya mengajarkan mereka untuk mengejar prestasi akademik semata? Bagaimana mereka dapat menjadi pemimpin yang bijaksana jika kita tidak membentuk karakter mereka sejak dini?
Dampak dari Pendidikan Parsial