Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Transhumanisme Pendidikan: Saat Guru Jadi Budak Teknologi

24 Februari 2024   00:01 Diperbarui: 6 Maret 2024   10:29 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustrasi KOMPAS/HERYUNANTO

"Teknologi yang baik adalah teknologi yang mengangkat martabat manusia, bukan menindasnya."

Kemajuan teknologi digital kian pesat dalam berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Berbagai aplikasi digital kini menjadi bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar.

Guru dituntut menguasai dan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu mengajar. Namun di balik kecanggihan teknologi, ada kekhawatiran bahwa teknologi justru akan merendahkan posisi guru. 

Pendapat ini disampaikan Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), dalam tulisannya di Kompas (23/2/2024) berjudul "Transhumanisme Guru". 

Ia melihat bahwa ketergantungan guru pada aplikasi digital justru memperbudak guru menjadi "budak data". Guru dipaksa mengabdi pada algoritma demi menghasilkan data yang dibutuhkan sistem.

Saya sependapat dengan pandangan ini. Ketergantungan berlebihan pada teknologi tanpa memperhatikan nasib guru dapat berdampak buruk bagi pendidikan.

Beberapa alasan mendasari pandangan saya:

Pertama, guru kehilangan otonomi dan kreativitas. Guru dipaksa mengikuti pola kerja yang ditentukan aplikasi digital. Padahal, guru seharusnya memiliki kebebasan berkreasi agar dapat memberikan pembelajaran terbaik bagi siswa dengan mempertimbangkan kondisi di kelas. Jika terbelenggu sistem, guru sulit mengembangkan potensinya. 

Kedua, tekanan psikologis pada guru. Guru selalu dimonitor dan dievaluasi berdasarkan data. Performa guru diukur sebatas sejauh mana ia menghasilkan data yang dibutuhkan sistem. Hal ini menciptakan tekanan psikologis yang dapat menurunkan motivasi dan kepuasan kerja guru.

Ketiga, belum tentu meningkatkan kualitas pendidikan. Fokus pada data belum tentu meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Pendidikan berkualitas membutuhkan hubungan yang baik antar guru dan siswa, nilai-nilai akhlak dan kemanusiaan, serta kreativitas. Semua ini sulit diukur lewat data.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun