Selain itu, hasil ANBK sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya acuan kinerja sekolah, melainkan dipadukan dengan indikator mutu lainnya secara utuh. ANBK hanyalah salah satu instrumen pengukuran mutu. Masih banyak aspek lain seperti proses pembelajaran, kinerja guru, fasilitas sekolah, dan lain-lain yang perlu dipertimbangkan dalam menilai kinerja sekolah. Penggunaan ANBK sebagai satu-satunya tolok ukur rawan menimbulkan ukuran kinerja yang distorsi dan tidak mencerminkan mutu sekolah secara komprehensif. Oleh karena itu, hasil ANBK perlu dikombinasikan dengan berbagai indikator penilaian lainnya agar pengukuran kinerja sekolah menjadi lebih utuh dan objektif.
Dengan langkah-langkah korektif tersebut, diharapkan ANBK bisa kembali pada tujuan awalnya sebagai instrumen pemetaan mutu pendidikan yang valid, tanpa menimbulkan dampak negatif yang justru kontraproduktif. Tentu saja, perbaikan ANBK membutuhkan kerja sama semua pemangku kepentingan, dari pemerintah pusat hingga daerah, dinas pendidikan, sekolah, guru, orangtua, dan masyarakat luas.Â
Mari bersama wujudkan ANBK yang lebih baik demi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Kita harus terus belajar dari praktik baik maupun kekurangan di tahun-tahun sebelumnya. Melalui evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan, harapan mulia ANBK untuk pemetaan mutu pendidikan yang valid dan bermakna dapat segera terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H