Kondisi pembebanan kerja yang intens tersebut dapat memberikan tekanan tambahan pada guru, yang mungkin juga memiliki tanggung jawab lain, seperti keluarga atau pekerjaan di luar lingkungan sekolah. Kelelahan dan stres ini tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan pribadi guru tetapi juga dapat merugikan kualitas pengajaran yang mereka berikan. Oleh karena itu, penting bagi sistem pendidikan dan pemerintah untuk mempertimbangkan strategi yang mendukung keseimbangan beban kerja guru, memastikan bahwa mereka dapat memberikan kontribusi optimal tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi mereka.
Perubahan paradigma pembelajaran
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan menitikberatkan pada perubahan paradigma pembelajaran dari teacher-centered menjadi student-centered. Guru yang telah lama terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan pendekatan baru ini. Konsep teacher-centered menekankan peran sentral guru sebagai penyampai informasi, sedangkan student-centered mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses belajar. Migrasi dari satu paradigma ke paradigma yang lain tidak hanya memerlukan pemahaman konseptual tetapi juga adaptasi praktis dalam ruang kelas.
Sebagian besar guru yang mengikuti PPG dalam jabatan merasakan perlu untuk mengatasi kebiasaan lama dan membuka diri terhadap metode yang lebih inklusif. Proses ini melibatkan penyesuaian kurikulum, penggunaan berbagai metode pengajaran yang menggugah partisipasi siswa, dan peningkatan keterampilan fasilitasi pembelajaran. Oleh karena itu, perubahan paradigma pembelajaran dalam PPG bukan hanya transformasi teoretis tetapi juga implementasi praktis, yang mengharuskan guru untuk terus mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan beragam siswa.
Perbedaan latar belakang pendidikan
Guru yang mengikuti PPG dalam jabatan memiliki latar belakang pendidikan yang sangat beragam, mulai dari disiplin ilmu yang berbeda hingga tingkat pengalaman mengajar yang bervariasi. Keberagaman ini menciptakan dinamika unik di dalam kelas PPG, di mana berbagai pemahaman dan pendekatan terhadap pembelajaran saling berbenturan. Sebagai contoh, seorang guru dengan latar belakang pendidikan matematika mungkin perlu menyesuaikan diri dengan konsep dan metode pembelajaran yang lebih berorientasi pada bahasa dan sastra.
Dengan adanya keberagaman ini, timbul potensi tantangan dalam mengakomodasi preferensi dan kebutuhan masing-masing guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu, perbedaan latar belakang pendidikan juga dapat memperkaya diskusi dan pertukaran ide di antara peserta PPG, membuka peluang untuk peningkatan kolaborasi dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap berbagai aspek pendidikan. Meskipun menantang, keberagaman ini, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber kekayaan intelektual dan kreativitas yang mendukung pengembangan profesionalisme guru di Indonesia.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, organisasi profesi, dan masyarakat. Pemerintah perlu memberikan kebijakan yang mendukung pelaksanaan PPG dalam jabatan, seperti subsidi biaya PPG dan penyesuaian beban kerja guru.Â
Sekolah perlu memberikan dukungan kepada guru yang melaksanakan PPG, seperti menyediakan waktu dan fasilitas yang memadai. Organisasi profesi perlu berperan aktif dalam memberikan pendampingan dan pelatihan kepada guru yang melaksanakan PPG. Masyarakat perlu memberikan apresiasi kepada guru yang melaksanakan PPG, sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi tantangan PPG dalam jabatan:
Mengelola waktu dengan baik