Mohon tunggu...
SYAHRI SIREGAR
SYAHRI SIREGAR Mohon Tunggu... -

Nama saya Syahri Ramadhan Siregar, Jenis kelamin Laki-laki, saya lahir Pematang Siantar, 07 April 1990, Kewarganegaraan Indonesia, Status Belum Menikah, Agama saya Islam , Alamat lengkap saya di Jl. Melanthon Siregar Gang Cantik Manis No 29 B Pematang Marihat, No Handphon 082165625204

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masyarakat Enggan Memilih!!!! Mengapa Terjadi di Setiap Pemilihan Anggota Legislatif?

12 Desember 2013   05:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:02 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anggapan masyarakat adalah DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) Saat ini bukan sebagai WAKIL RAKYAT akan tetapi Wakil PARTAI.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut Dewan Perwakilan Rakyat adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.

DPR mempunyai beberapa fungsi yaitu ; legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dijalankan dalam kerangka representasi rakyat. Beberapa fungsi tersebut tidak dijalankan sebagai mana mestinya untuk kebutuhan rakyat saat ini.

Mengapa Masyarakat tidak Memberikan Hak Suara Mereka untuk Pemilihan umum Legistatif? dikarenakan anggapan masyarakat bahwa DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) Saat ini bukan sebagai WAKIL RAKYAT. Kepercayaan Masyarakat semakin menurun dikarnakan DPR tidak melakukan fungsinya hanya menjalankan kepentingan partai saja mengakibatkan dari beberapa tahun belakangan ini terjadi banyak penurunan Masyarakat untuk tidak memilih.

Saya berfikir disaat Pemilu Legislatif dilakukan karena biaya ongkos politik yang dikeluarkan Calon Aggota DPR begitu besar, Mulai pencalonan dari Partai, membentuk team setiap dari kelurahan sampai dengan kabupaten/ kota ini mengeluarkan ongkos yang begitu besar, belum lagi terjadi kecurangan yang dilakukan dengan money politic. Bagaimana tidak Anggota DPR mau berfikir untuk kepentingn rakyat, disebabkan dirinya harus berfikir memulangkan biaya yang di pakai dalam team pemenagannya. Hal ini dilakukan beberapa calon tidak pernah berbuat atau memberikan kontribusi kepada masyarakat sebelum dirinya mencalon sehingga diperlukannya team.

DPR adalah institusi terkorup kedua setelah Polri. Hingga saat ini, sekurangnya 65 anggota DPR telah dijerat oleh KPK. Namun, untuk kawasan Asia Tenggara, DPR memuncaki parlemen terkorup. DPR merupakan ladang korupsi. Di gedung Senayan, ternyata kita tidak hanya bisa menyaksikan banyaknya kursi yang kosong atau orang yang sedang mendengkur ketika sidang tengah berlangsung, tetapi nyatanya juga menjadi tempat bancakan korupsi. Dengan mengontrol angka-angka dalam anggaran dan pasal-pasal dalam undang-undang, anggota DPR tergoda untuk menjadi pialang-pialang yang meneror menuntut imbalan. Bila dulu kita mengecap korupsi sebagai budaya, kini korupsi telah berubah menjadi madat. Badan Anggaran (Banggar) DPR menjadi tempat dan kedok untuk merampok uang negara secara transaksional dengan berbagai modus. Banyak contoh kasus Anggota DPR terlibat KORUPSI dan PENYUAPAN, beberapa contoh Ada yang tersangkut kasus proyek Wisma Atltet, kasus Hambalang, pembangkit listrik, pengadaan Alquran, penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII impor sapi.

Wajarlah masyarakat enggan menggunakan hak suara mereka untuk Calon AnGota Legislatif. Kalau DPR tidak selalu membenah diri maka semakin tinggi Penurunan angka masyarakat untuk memilih dalam Pemilihan Anggota Legislatif.
Saat ini Masyarakat Rindu dengan sosok yang Benar-benar peduli terhadap rakyat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun