Mohon tunggu...
rega syahreza
rega syahreza Mohon Tunggu... -

Rega Syahreza Putra Alumni SMAN 5 Surabaya Lulusan Chiang Mai University, Thailand pada tahun 2009 sedangkan saat ini bekerja di Makati, Filipina di perusahaan kontraktor dan mempunyai istri orang asli filipina (Marina Velasco/Siti Khadijah) dan dikaruniai 2 orang anak (Romero Syahreza) dan (Qomariah Dewi Velasco) Motto : Hidup mencari kebenaran abadi bukan mencari suatu kehidupan abadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesalahan Presepsi Antara Lokalisasi Dan Pengendalian HIV/AIDS

20 September 2014   16:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:08 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum Wr Wb tema diatas saya angkat karena banyak sekali kesalahan dari para pengamat atau LSM yg mendukung adanya lokalisasi karena dengan lokalisasi HIV/AIDS dapat dikendalikan. Pada beberapa seminar di Indonesia maupun di kampus-kampus sering adanya tema yg diangkat tentang hal ini terutama fakultas sosial yang biasanya kritis akan hal ini. Lokalisasi di Indonesia pada awalnya muncul karena beberapa faktor yg mempengaruhinya bisa sosial,ekonomi dan budaya. Akan tetapi, kebanyakan faktor ekonomi yg mempengaruhi adanya lokalisasi itu di indonesia atau di negara-negara asia tenggara lainnya. Lokalisasi bertujuan untuk melokalisir adanya PSK dan mucikari untuk di tempatkan di suatu tempat atau wilayah yg dengan kata lain melegalkan adanya tindakan prostitusi yg dilokalisir yg tidak lain agar prostitusi terselubung tidak terjadi karena dapat menggangu norma sosial,budaya dan agama di suatu masyarakat yg sudah ada dan berkembang dan mencegah penyakit menular. Selain itu, lokalisasi bagi suatu daerah di jadikan sebuah komoditas untuk meraup pendapat dari hasil adanya lokalisasi baik pajak IMB,miras,parkir dll.

Contoh lokalisasi di surabaya sebelum ditutupnya lokalisasi DOLLY-JARAK dan 5 lainnya di surabaya pendapatan dari lokalisasi itu mencapai 5% dari pendapat lainnya di surabaya dan hampir memperoleh 150 milliar per-bulan dari pajak IMB,miras,parkir dll. Sungguh pendapatan yg besar walaupun muncul stigma negatif tentang surabaya yg seakan menenggelamkan surabaya yg seharusnya sebagai kota pahlawan. Saya sendiri sebagai warga surabaya malu akan hal ini akan tetapi sedikit demi sedikit hal ini mulai luntur karena walikota surabaya TRI RISMA HARINI berhasil menutup semua lokalisasi di surabaya termasuk DOLLY-JARAK yg dikatakan terbesar se-asia tenggara. Kontroversi muncul karena banyak media yg mengatakan DOLLY-JARAK adalah lokalisasi terbesar di asia tenggara padahal dari segi jumlah PSK lokalisasi DOLLY-JARAK hanya sekitar 1.187 (Dinsos Surabaya tahun 2014) sedangkan bila kita bandingkan dengan di PHAT PHONG (Pat-pong) Bangkok Thailand yg terdapat 11.577 PSK+LADYBOYS atau di PATTAYA provinsi Chonburi Thailand yg mencapai 8.570 PSK+LADYBOYS (Data Kementrian Kesehatan Thailand tahun 2008). Akan tetapi, dari jumlah wisma dan luas memang DOLLY-JARAK lebih besar dari PHAT PHONG dan PATTAYA di Thailand. Mungkin dasar inilah yg membuat DOLLY-JARAK terbesar se-asia tenggara yaitu luas wilayahnya dan banyaknya jumlah wisma bukan banyaknya jumlah PSK.

Kebanyakan pengamat di Indonesia selalu mengaitkan permasalahan lokalisasi dengan pengendalian HIV/AIDS agar tidak menyebar padahal presepsi ini salah besar. Di Thailand pemerintah Thailand sudah melegalkan prostitusi di seluruh wilayahnya atau 76 provinsi dan menjadikan hukum sebagai dasar untuk melegalisasinya.

Transaksi Prostitusi di PATTAYA Thailand

Jika anda pernah ke Bangkok atau Pattaya disanalah pusat prostitusi di Thailand selain Phuket. Jumlah PSK atau pelacur di seluruh Thailand mencapai 200.000 PSK dan hampir 50.000 mucikari dan 30%nya berasal dari luar Thailand seperti myanmar,laos,kamboja,vietnam,china dll dan paling mencengangkan 35%nya masih dibawah umur antara 14-18 tahun menurut laporan pemerintah Thailand tahun 2013 lalu. Sedangkan jumlah seluruh PSK di indonesia saya perkirakan hanya 20.000 ribu orang saja jika dihitung dari seluruh lokalisasi di indonesia tidak termasuk Lady Escort,Panti pijat,PSK jalanan dll. Di Thailand kasus HIV/AIDS sendiri menjadi penyakit mematikan di sana selain DIABETES dan STROKE penyakit HIV/AIDS telah menjadi bencana nasional yg telah menjangkiti hampir 900.000 ribu orang laporan pemerintah Thailand pada 2008 dan menjadikan Thailand negara terbesar pengidap HIV/AIDS di asia tenggara.

PSK Thailand yg mencari pelanggan

Berkaca dari Thailand yg melegalkan protitusi, Indonesia termasuk negara yg berpotensi menyumbang PSK terbanyak jika di legalisasi oleh pemerintah bayangkan Thailand saja yg penduduknya hanya 67 juta sensus 2014 terdapat 200.000 PSK sedangkan indonesia sensus 2010 penduduknya 237.000.000 dan jumlah PSK saya perkirakan hanya 20.000 andai lokalisasi benar-benar dilindungi oleh UU dan mempunyai hukum mengikat dengan melegalkan prostitusi mungkin bisa melebihi angka 20.000 atau bahkan menyaingi Thailand karena faktor kemiskinan lagi-lagi dan pemerataan ekonomi (Naudzu’billah mindzalik).

Dari Thailand sebenarnya bisa kita ambil kesimpulan bahwa adanya lokalisasi tidak serta merta membawa permasalahan HIV/AIDS menjadi tertangani tetapi malah menjadikan kesalahan fatal bagi pemerintahan mereka. Orang Thailand pada hakikatnya terbuka dan cenderung sekular akan hal-hal baru sehingga agama dikesampingkan karena mereka berpikir agama dan pemerintahan harus ada pemisah. Tugas pemerintah untuk kebijakan seluruh rakyatnya yg majemuk sedangkan tugas agamawan hanya sebatas untuk kelompok agama tertentu jadi UU atau peraturan pemerintah lebih kuat dibandingkan hukum agama walaupun ada sebagian UU atau peraturan berlandaskan hukum agama dan adat.

Gemerlap prostitusi di Thailand saat malam. BANGKOK kota yg tidak pernah tidur di Thailand. menurut kebanyakan orang Thailand lainnya, mengagap BANGKOK kota seribu bidadari karena terkenal kecantikan wanitanya dan wisata prostitusi.

Walaupun di Thailand sendiri sudah melegalkan prostitusi banyak juga kasus prostitusi online yg kebanyakan para PSKnya berasal dari kalangan MAHASISWI dan PELAJAR yg rapi dan dijalankan WNA asing yg rata-rata dijual ke pria asing dan lokal atau bisa di bilang prostitusi online di Thailand ini wanitanya pilihan dan sangat luar biasa cantik bukan hanya cantik sehingga memang wanita pilihan yg dicari dan tarifnya memakai DOLLAR bukan BAHT (mata uang thailand). Tidak jarang mengapa adanya lokalisasi atau tidak ada lokalisasi PSK dan mucikari tetap ada walaupun disediakan 1000 lokalisasi tidak menjamin HIV/AIDS terkendali atau menurun bahkan malah naik. Kadang pemerintah sendiri terlalu naif karena menyuruh lokalisasi harus memakai KONDOM bagi pelanggannya sebelum bermain dengan PSK padahal faktanya 90% hanya sekedar angin berlalu dan lokalisasi menjadi tempat berkembangnya virus HIV/AIDS ini walaupun tidak menafikan PSK jalanan dan tempat hiburan malam lainnya.

Apresiasi patut di berikan kepada walikota surabaya TRI RISMA HARINI yg menutup seluruh lokalisasi di surabaya termasuk DOLLY-JARAK dan gubernur jatim SOEKARWO karena mempunyai program untuk menutup seluruh lokalisasi di jawa timur. Gubernur jatim SOEKARWO sesungguhnya melihat realita bahwa jawa timur memiliki lokalisasi terbanyak di indonesia tetapi kenapa HIV/AIDS di provinsi jatim semakin naik dari tahun-ketahun padahal tujuan lokalisasi untuk mengendalikan atau menekan HIV/AIDS tetapi malah bertambah jumlah pengidapnya dan faktanya malah kota dan kabupaten yg memiliki banyak lokalisasi dan jumlah PSK  di jawa timur seperti kota surabaya dan kabupaten malang malah jumlah pengidap HIV/AIDS semakin naik pesat dari tahun-ketahun maka atas desakan masyarakat,ulama,MUI,LSM dll di jawa timur niat gubernur jatim SOEKARWO semakin bertekad menutup seluruh lokalisasi di jawa timur termasuk DOLLY-JARAK apalagi adanya lokalisasi sangat rawan terjadi tindakan kriminalitas,traficking,pengaruh terhadap warga sekitar dll. Saran terakhir saya semoga pemerintah Indonesia tanggap akan permasalahan prostitusi di Indonesia yg semakin pelik dengan berbagai alasan mereka terjerumus ke dunia prostitusi terutama ekonomi yang menjadi permasalahan klasik para PSK ini. Prostitusi berkembang karena kemiskinan dan pemerataan maka harus adanya sebuah kepemimpinan yg mampu untuk memberikan solusi maupun contoh yg baik bagi masyarakat. Sedangkan HIV/AIDS karena kesalahan presepsi dari pemerintahan dan pengamat dengan membuat lokalisasi agar para PSK dan mucikari dilokalisir maka HIV/AIDS dapat tertanggulangi padahal tidak dan dari segi agama manapun atau budaya timur tidak mengenal lokalisasi dan bertentangan dengan norma sosial yg ada walaupun sudah ada sejak dulu. Semoga saran dari saya ini bermanfaat dan apabila terdapat salah kata dalam penulisan mohon maaf sebesar-besarnya dan saya menerima kritikan dan komentar dari anda agar dalam kedepanya lebih baik. WASSALAM

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun