"Pak, teman Saya muallaf, ibadahnya rajin sekali, tekun mempelajari ilmu agama."
Alhamdulillah, bagus itu pak.
"Kenapa kita tidak se rajin dia, tidak se ulet dia?"
Jawabnya, seberapa yakin kita tentang islam? Seberapa percaya kita dengan ajaran islam.
Banyak diantara mualaf itu, sebelum memeluk agama islam, ia mempelajari dengan serius hal-hal yang berkaitan dengan islam. Sejarah islam, apa itu al-qur'an, isinya tentang apa? Siapa Nabi Muhammad itu, benarkah ia utusan Allah, dst.
Ketika dalam pencarian jati diri itu, ia MENEMUKAN KEBENARAN dalam ajaran islam dan sudah meyakininya, maka ia pun dengan mantap mengucap dua kalimat syahadat.
Kita bagaimana? Terlahir sudah dalam keadaan islam. Sampai sejauh mana mempelajarinya? Sampai sejauh mana kita percaya dan meyakini kebenaran tentang islam, sejauh mana kita percaya dengan akhirat. Atau kita malah belum pernah belajar kecuali saat mata pelajaran agama di sekolah. Jangan-jangan kita hanya islam KTP.
Menemukan kebenaran adalah iman (aqidah), itulah pondasi kita. Ketika pondasi kita kuat, baruah kita dirikan tiangnya, yaitu islam (syariah). Disinilah kita belajar menemukan keadilan, menemukan batasan-batasan, mana yang haq, mana yang bathil. Ini benar, ini salah. Ini boleh, ini tidak boleh.
Hal ini pulalah yang digambarkan dalam perjalanan Rasulullah. Selama 13 tahun di Mekkah berdakwah urusan aqidah, kemudian 10 tahun di Madinah untuk urusan Syariah. Hasil dari kedua dakwah tersebut berupa Ihsan atau tentang akhlak, karena tujuan utama diutusnya Rasul adalah menyempurnakan akhlak umatnya.
Semoga Allah pelihara dan mantapkan iman kita, islam kita dan ihsan kita. Â
Islam adalah sebuah ajaran. Kalau mau melihat indahnya islam, berimanlah terlebih dahulu.