Bentar lagi ganti presiden, nih.
"Halah....siapapun presidennya, nasib Saya gini-gini aja."
Emang kamu maunya gimana?
"Harus ada perbaikan nasib buat rakyat kecil seperti Saya Pak."
Benaaar.....setiap pergantian tampuk kepemimpinan, kita tentu berharap agar Indonesia menjadi negara yang lebih bak, lebih adil, makmur dan sejahtera. Itu idealnya, itu do'a kita bersama. Namun, menggantungkan nasib ke pundak seorang presiden? Ini yang keliru.
"Lantas ke siapa, Gubernur?"
Bukan ke gubernur, bukan ke bupati, bukan ke camat, bukan pula ke lurah, RT, apalagi ke tetangga.
Perubahan nasib itu berawal dari diri kita sendiri.
Kita itu kadang terlalu cerdas, suka ngomentari hal-hal yang jauh diluar jangkauan kita, diluar kemampuan kita. Mikirin hal yang berat-berat, komentarin utang negara, seakan-akan kita kita ahli ekonomi, padahal itu urusannya menteri keuangan dan jajarannya. Yang kita fikirkan adalah hutang kita sendiri, kapan beres cicilan kita, kapan lunas kasbon di warung tetangga, dst.
Sebelum kita berbicara Indonesia yang lebih baik, kota kita yang lebih baik, kampung kita yang lebih baik, yang harus kita perbaiki adalah DIRI KITA sendiri.
Kita ingin pemimpin yang lebih baik, tapi kitanya masih suka berprasangka buruk ke orang lain.