Syahna Mufarrihah Siregar // 23010400198
Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Peserta Mata Kuliah Filsafat dan Etika Komunikasi, Dosen Pengampu Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si.
Jadi ada salah satu Kampus ternama di daerah Medan Sumatra Utara UNPRI (Universitas Prima Indonesia) dimana kabarnya ditemukan ada 5 mayat di gedung kampus. Pada awalnya penemuan mayat ini tersebar viral di media sosial. Jadi ada salh satu vidio dimana dari anak kampus itu dia merekam ada satu bak air di lantai 9 yang pada saat itu pada saat dia buka dia menemukan ada mayat disitu dengan kondisi yang sudah membusuk.Â
Dimana kabarnya polisis harus mengecek TKP terkait penemuan tersebut, akan tetapi kabarnya piak kampus ini dinilai tidak kooperaktif saat polisis ingin mengecek lokasi. Dan pada saat polisi ke lantai 9 baik airnya sudah dibersihkan. Jadi sudah tidak ada lagi bak air yang katanya ada jenazahnya disitu.
Akhirnya setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut polisi justru menemukan 5 mayat di lantai 15 gedung kampus, 5 mayat tersebut diantaranya 4 laki - laki dan 1 perempuan. Dan ke 5 mayat ini ditemukan dalam salah satu ruangan di lantai 15 dengan kondisi ditupuk.Â
Pada saat polisis melakukan ola TKP dianjutkanlah pemeriksaan laboratoriun forensik dari polda SUMUT untuk memastikan apakah mayat tersebut benaran jenazah, dan setelah melakukan penyelidikan itu benar benar jenazah dan bukan yang dikira - kira orang bahwasanya itu manekin.Â
Pada kabarnya dari pihak kampus ini mengakui kalau misalkan itu adalah kadaver. Kadaver ini adalah jenazah yang dipergunakan untuk penyelidikan kedokteran jadi ada jenazah asli yang digunakan untuk peneliatian mahasiswa kedokteran. Akan tetapi dari pihak kepolisian meminta keterangan kepada kampus tersebut untuk mendapatkan informasi apakah ini dibenarkan prosedur yang ditumpuk seperti itu dalam sebuah ruangan untuk menyimpan kadaver - kadaver tersebut.Â
Dikarenakan menurut mereka itu cukup tidak etis. Pada akhirnya sampai sekarang 5 mayat yang ditemukan itu masih berada di gedung kampus tersebut dan beberapa saksi juga sedang diminta keterangan. Salah satunya adalah salah satu seorang Mahasiswa yang kabarnya karena Mahasiswa tersebut penemuan ini bisa terjadi.
Dimana penemuan ini sempat bikin geger kampus seminggu sebelum ditemukan. Karena katanya ada seorang Mahasiswa kedokteran yang keceplosan bilang kalau ada mayat di lantai 9, dan pada akhirnya waktu beberapa hari kemudian setelah melakukan pengecekan polisi di lokasi, mayat ini sudah tidak ada pada tempat di lantai 9 tersebut.Â
Sementara itu menurut Informasi yang saya dapatkan vidio yang sempat viral itu tentang penemuan bak air yang berisi mayat tersebut yaitu yang diambil sama Mahasiswa Hukum tapi Mahasiswa Hukum tersebut itu sudah dipanggil oleh pihak Kampus. Jikalau misalkan yang dikabarkan kampus tidak Komperatif . Jadi pada waktu  hari senin tanggal 11 desember 2023 itu sampat ingin melakukan penggeledahan akan tetapi ditahan dengan pihak kampus, dimana kabarnya pihak kampus ini keberatan dengan langkah polisi yang melakukan penggeledahan hanya perkara adanya vidio yang viral.Â
Akhirnya pada waktu keesokan harinya kepolisian ini datang di TKP. Namun ternyata setelah melakukn pengecekan pada TKP semua sudah dibersihkan. Dan hingga saat ini polisi masih mendalami terkait dugaan penemuan mayat tersebut.Â
Walaupun pihak Kampus suda memberikan klarifikasi berupa vidio akan tetapi meskipun begitu kadaver atau jenazah yang memang digunakan untuk penelitian menurut saya walaupun sudah tidak bernyawa, tetapi tetap saja mayat tersebut pernah hidup sehinggi hal - hat seperti ini sangatlah disayangkan. Mengetahui kalau misalkan waktu ditemukan mayatnya ditumpuk atau bahkan seperti yang di vidio tersebut mayatnya di taruh di dalam bak air. Â Â
Kasus penemuan mayat di sebuah kampus ternama di Medan, Sumatra Utara, telah menggugah berbagai pertanyaan tentang tanggung jawab moral, etika, dan komunikasi dalam masyarakat. Penemuan awal mayat yang tersebar luas di media sosial, diikuti dengan kontroversi terkait respons pihak kampus dan penanganan oleh pihak berwenang. Penemuan mayat tersebut mengundang pertanyaan tentang tanggung jawab moral individu dan institusi terhadap tindakan keji yang dilakukan.Â
Meskipun mayat-mayat tersebut awalnya dianggap manekin atau kadaver yang digunakan untuk penelitian, namun cara penyimpanan yang tidak etis dan respons kurang kooperatif dari pihak kampus menyoroti kebutuhan akan tanggung jawab moral yang lebih besar terhadap integritas dan martabat manusia, bahkan setelah kematian.
Kasus ini tentu saja mencerminkan pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka dalam masyarakat. Respons awal pihak kampus yang dianggap kurang kooperatif terhadap pihak berwenang menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan akuntabilitas institusi (keterbukaan dan tindakan) dalam menangani situasi yang sensitif seperti ini. Komunikasi yang efektif dan kolaboratif antara pihak kampus dan pihak berwenang merupakan kunci dalam menyelesaikan kasus semacam ini dengan baik. (Senja Aprianto, 2021)
Dalam konteks etika, cara penyimpanan mayat-mayat tersebut menimbulkan pertanyaan tentang perlakuan yang pantas terhadap jenazah. Meskipun mayat tersebut mungkin tidak lagi memiliki kehidupan, namun mereka pernah menjadi individu yang hidup dan memiliki martabat. Penanganan yang tidak pantas terhadap jenazah, seperti ditumpuk atau ditempatkan di dalam bak air, merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan etika yang mendasar. Tentu saja pada kasus ini menyoroti perlunya penghormatan terhadap hak asasi manusia, bahkan setelah kematian. (Muhammad Mufid, 2013)Â
Meskipun mayat tersebut mungkin digunakan untuk tujuan pendidikan atau penelitian, namun perlakuan terhadap jenazah haruslah dilakukan dengan penuh hormat dan menghormati martabat manusia. Dalam keseluruhan, kasus penemuan mayat di kampus tersebut memberikan refleksi (tindakan) mendalam tentang berbagai aspek filosofi dan etika komunikasi dalam masyarakat. Pentingnya tanggung jawab moral, komunikasi terbuka, perlakuan yang pantas terhadap jenazah, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia menjadi pokok pembahasan dalam menangani kasus semacam ini. (Fajar Junaedi, 2020)
sources :Â
(Senja Aprianto dan Tukirin Parto,2021) "Digital Citizenship: Refleksi Filsafat Komunikasi dalam Perspektif Media Sosial"
(Fajar Junaedi, 2020) "Etika Komunikasi Media Sosial: Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab"Â
(Muhammad Mufid, 2013) "Etika dan Filsafat Komunikasi"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H