Mohon tunggu...
syahmardi yacob
syahmardi yacob Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi

Prof. Dr. Syahmardi Yacob, Guru Besar Manajemen Pemasaran di Universitas Jambi, memiliki passion yang mendalam dalam dunia akademik dan penelitian, khususnya di bidang strategi pemasaran, pemasaran pariwisata, pemasaran ritel, politik pemasaran, serta pemasaran di sektor pendidikan tinggi. Selain itu, beliau juga seorang penulis aktif yang tertarik menyajikan wawasan pemasaran strategis melalui tulisan beberapa media online di grup jawa pos Kepribadian beliau yang penuh semangat dan dedikasi tercermin dalam hobinya yang beragam, seperti menulis, membaca, dan bermain tenis. Menulis menjadi sarana untuk menyampaikan ide-ide segar dan relevan di dunia pemasaran, baik dari perspektif teoritis maupun aplikatif. Gaya beliau yang fokus, informatif, dan tajam dalam menganalisis isu-isu pemasaran menjadikan tulisannya memiliki nilai tambah yang kuat, khususnya dalam memberikan pencerahan dan solusi praktis di ranah pemasaran Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi 8%: Peluang Emas atau Resiko Tersembunyi?

10 Januari 2025   11:27 Diperbarui: 10 Januari 2025   11:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan ekonomi sebesar 8% merupakan angka yang tidak dapat dianggap sepele, terutama di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Angka ini menggambarkan sebuah pencapaian yang signifikan, menandakan kemampuan suatu negara untuk mempercepat laju pembangunan, meningkatkan daya saing, dan mendorong kemajuan sosial. Dalam konteks ini, angka pertumbuhan ekonomi menjadi indikator utama kesehatan ekonomi suatu negara, yang sering kali dihubungkan dengan meningkatnya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan per kapita, serta kemampuan pemerintah untuk menyediakan layanan publik yang lebih baik.

Namun, di sisi lain, target pertumbuhan ekonomi sebesar ini juga menimbulkan sejumlah pertanyaan penting. Pertama, apakah pertumbuhan tersebut bersifat inklusif? Dalam banyak kasus, pertumbuhan tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi yang adil dari manfaat ekonomi. Ketimpangan sosial dan ekonomi bisa tetap melebar meskipun angka pertumbuhan terlihat impresif. Kedua, apakah pertumbuhan ini berkelanjutan? Dunia saat ini dihadapkan pada krisis lingkungan yang semakin serius, sehingga model pertumbuhan yang tidak memperhitungkan keberlanjutan dapat berdampak negatif pada ekosistem dan generasi mendatang.

Dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian juga menambah kompleksitas situasi ini. Ketegangan geopolitik, fluktuasi harga energi dan komoditas, serta ketergantungan pada rantai pasok global yang rentan menjadi tantangan utama dalam menjaga kestabilan ekonomi domestik. Selain itu, faktor internal seperti reformasi struktural yang lambat, tingkat produktivitas yang belum optimal, dan potensi risiko inflasi juga dapat memengaruhi kemampuan sebuah negara untuk mencapai dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pertanyaan mendasar yang muncul adalah apakah angka ini murni memberikan optimisme atau justru menyimpan risiko yang memicu pesimisme? Dalam membahas ini, penting untuk mempertimbangkan berbagai perspektif, baik dari sisi peluang maupun tantangan, untuk memahami implikasi pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Analisis mendalam terhadap indikator-indikator makroekonomi, kondisi sosial, serta dampak lingkungan diperlukan untuk mengevaluasi sejauh mana angka ini dapat mencerminkan keberhasilan yang sebenarnya dan bukan hanya pencapaian statistik semata.

Optimisme: Peluang untuk Bangkit dan Berkembang

Pertumbuhan ekonomi sebesar 8% merupakan pencapaian luar biasa yang tidak hanya mencerminkan keberhasilan kebijakan ekonomi pemerintah, tetapi juga potensi besar sebuah negara untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Angka ini menjadi simbol optimisme bagi banyak pihak, terutama di tengah tantangan global seperti ketidakpastian ekonomi, dampak perubahan iklim, dan gejolak geopolitik. Namun, dibalik angka yang menggembirakan ini, terdapat peluang besar sekaligus tantangan yang harus dihadapi agar manfaat dari pertumbuhan ini benar-benar terasa di seluruh lapisan masyarakat.

Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara langsung berhubungan dengan peningkatan kapasitas penciptaan lapangan kerja. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), setiap kenaikan 1% dalam pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan hingga 400.000 lapangan kerja baru. Dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 8%, lebih dari 3 juta lapangan kerja dapat terbuka, yang sebagian besar terserap di sektor-sektor seperti manufaktur, jasa, dan konstruksi. Sektor manufaktur, misalnya, memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian dengan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan memberikan nilai tambah pada produk domestik bruto (PDB). Selain itu, sektor jasa yang terus berkembang, termasuk pariwisata dan teknologi informasi, juga membuka peluang besar untuk menciptakan pekerjaan dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

Lebih jauh, pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat mempercepat upaya pengurangan kemiskinan. Pada tahun 2023, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun menjadi 9,36%, dibandingkan 10,19% pada tahun sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan bahwa kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi telah memberikan dampak positif, meskipun masih terdapat tantangan untuk memastikan distribusi yang merata. Pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif, terutama yang diarahkan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial, dapat mempercepat penurunan tingkat kemiskinan. Dengan memperbaiki infrastruktur sosial dan memperluas jangkauan program perlindungan sosial, manfaat ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan.

Tidak hanya memberikan dampak domestik, pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga mencerminkan iklim investasi yang kondusif. Pada kuartal kedua 2023, data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa investasi asing langsung (FDI) di Indonesia mencapai USD 17,9 miliar, meningkat 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan investasi ini didorong oleh kepercayaan investor terhadap stabilitas makroekonomi, reformasi regulasi, dan potensi pasar domestik yang besar. Sektor-sektor seperti energi terbarukan, teknologi, dan jasa keuangan menjadi magnet utama bagi investor asing, seiring dengan dorongan pemerintah untuk mempercepat transformasi digital dan mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah.

Salah satu contoh keberhasilan adalah pengembangan infrastruktur yang telah memperkuat konektivitas nasional. Proyek-proyek strategis seperti Jalan Tol Trans-Sumatera tidak hanya mempercepat waktu tempuh logistik hingga 30%, tetapi juga membuka akses ke wilayah yang sebelumnya terisolasi, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini sejalan dengan data Bank Dunia yang menunjukkan bahwa investasi pada infrastruktur dapat memberikan pengembalian ekonomi hingga 2,7 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan, melalui peningkatan efisiensi transportasi dan pengurangan biaya produksi.

Namun, pencapaian ini tidak lepas dari tantangan yang harus diantisipasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus berkelanjutan dan inklusif. Ketergantungan pada sektor tertentu, seperti komoditas mentah, dapat menimbulkan risiko ketika harga pasar global mengalami fluktuasi. Selain itu, pertumbuhan yang hanya terkonsentrasi di wilayah tertentu dapat memperburuk ketimpangan antar daerah, menciptakan kesenjangan ekonomi yang lebih luas. Oleh karena itu, diversifikasi ekonomi menjadi langkah penting untuk memastikan stabilitas jangka panjang. Pemerintah perlu mendorong pengembangan sektor-sektor baru, seperti ekonomi hijau dan teknologi berbasis inovasi, untuk menciptakan model pertumbuhan yang lebih resilien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun