Mohon tunggu...
Syahla HilmiHandian
Syahla HilmiHandian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Selamat datang dan selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumah yang Rusak, Kenangan yang Tak Terlupakan

9 Januari 2024   20:13 Diperbarui: 17 Januari 2024   09:19 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah desa kecil di Cimaung, Jawa Barat. Desa ini terletak di kaki Gunung Malabar, yang  terkenal dengan keindahan alamnya. Namun dibalik keindahan alamnya, desa ini menyimpan sebuah cerita pilu. Ketika saya tiba di desa tersebut, saya melihat sebuah rumah sederhana yang sudah rusak, dan sebagian besar atapnya sudah roboh. Rumah itu sudah berusia 50 tahun. 

Saya menghampiri kakek itu, dan memperkenalkan diri. Kakek itu bernama Pak Raden, berusia 70 tahun, ia tinggal di rumah itu sendirian, karena semua anaknya sudah merantau ke kota dan istri Pak Raden sudah meninggal dunia 5 tahun yang lalu. 

Saya pun berbincang-bincang dengan Pak Raden. Ia bercerita bahwa rumahnya itu rusak akibat angin kencang yang terjadi beberapa hari yang lalu. Angin kencang itu menyebabkan rumah Pak Raden bocor apabila sedang turun hujan. 

Pak Raden mengaku sangat sedih melihat rumahnya yang penuh kenangan bersama istri dan anak-anaknya rusak. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk memperbaiki rumahnya itu. Ia juga tidak mempunyai uang untuk menyewa rumah baru. Sedangkan anak-anak Pak Raden yang merantau ke kota, mereka pun hidup pas-passan bahkan mereka di kota tidak mempunyai rumah dan harus menyewa rumah. Mereka memberi uang sebesar 100ribu setiap bulannya dan mengirimnya kepada Pak Raden hanya untuk membeli beras dan lauknya. 

Namun, Pak Raden bersyukur ia mempunyai tetangga yang peduli terhadapnya, karena tetangga Pak Raden ada yang suka memberi makanan dan ada juga yang memberi sembako kepadanya. Dengan hal itu Pak Raden merasa bahwa ia tidak sendiri di desa tersebut. 

Dan Pak Raden berharap anak-anaknya yang merantau ke kota mereka bisa sukses dan hidup lebih layak darinya. 

Cerita Pak Raden mengingatkan kita akan pentingnya saling membantu. Kita harus selalu peduli kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama orang-orang yang sudah tua dan tidak mampu. Dan juga dari cerita Pak Raden kita bisa mengambil hikmahnya yaitu bagaimanapun keadaan hidup kita, kita harus selalu bersyukur. 

Rumah Pak Raden adalah simbol harapan bagi semua orang yang membutuhkan bantuan. Semoga cerita ini bisa menginpirasi kita semua untuk selalu berbuat baik kepada sesama. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun