Identitas Buku
Judul              : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis             : Tere Liye
Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan            : ke-2: Oktober 2010
Tebal Buku         : 264 halaman; 20 cm
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-979-22-5780-9
BLURB
   Daun yang jatuh tak pernah membenci angin...
   Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
   Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharapkan budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
   Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas, Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah. Itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
   Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke Bumi seperti sehelai daun... Daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut dari tangkai pohonnya.
SINOPSIS
   Tere Liye adalah nama yang tidak asing lagi di telinga para penikmat buku Indonesia. Beliau telah menghasilkan novel-novel terbaik Indonesia yang dapat dinikmati oleh semua umur tanpa terkecuali. Beberapa karyanya pun ada yang diangkat ke layar lebar seperti Hafalah Solat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah. Salah satu novel karya Tere Liye yang cukup diminati masyarakat Indonesia adalah Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membeci Angin, dengan gaya penulisan yang romantis dan penggunaan diksi yang indah khas Tere Liye,  novel ini disajikan dengan kisah yang penuh suka serta keharuan yang mampu membius pembaca untuk ikut terhanyut dalam ceritanya.
   Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini berisikan konflik-konflik yang dialami para tokoh seperti Danar, Tania, dan yang lainnya. Menceritakan kehidupan seorang gadis, Tania, yang jatuh cinta kepada malaikat hidupnya. Cerita bermula ketika tokoh Tania dan Adiknya, Dede kehilangan sang ayah. Mereka menghabiskan seluruh tabungan keluarga hingga menjual rumah untuk biaya pengobatan sang ibu yang juga sedang sakit keras.Â
Hidup dalam jeratan kemiskinan membuat Tania, Dede dan sang ibu harus terus berjuang untuk menghidupi keluarga mereka yang hanya tinggal di rumah kardus di sebuah pemukiman kumuh.Tania dan Dede pun terpaksa putus sekolah dan membantu sang ibu mencari uang dengan mengamen di bus kota. Di sanalah mereka bertemu dengan Danar, seorang pemuda baik hati yang datang bagaikan malaikat bagi keluarga Tania. Seorang pemuda yang kemudian membiayai seluruh kebutuhan hidup keluarga Tania hingga keluarga mereka dapat hidup layak.
   Mulai saat pertemuan di bus kota itu Danar selalu membantu keluarga Tania, mulai dari membiayai Tania dan Dede sekolah sampai memberi modal untuk sang ibu berjualan. Sehari-hari kegiatan Tania dan Dede pun bertambah. Pagi hari pergi ke sekolah dan saat pulang mereka pergi ke jalan untuk mengamen lagi. Hingga beberapa bulan kemudian, sang ibu meninggal dunia karena penyakitnya. Setelah kepergian sang ibu, Danar mengambil tanggung jawab atas Tania dan Dede dengan membawa mereka hidup bersamanya. Seiring berjalannya waktu, hubungan Danar dan Tania semakin dekat. Danar selalu berada di sisi Tania disaat terlemahnya dan juga memberikan semangat agar Tania menjadi pribadi yang kuat.
   Konflik muncul ketika Tania mulai menyadari perasaannya terhadap Danar. Ia mulai merasakan cemburu ketika Danar selalu memberikan perhatiannya kepada Ratna, pacarnya. Perbedaan usia antara Danar dan Tania yang cukup jauh menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi oleh tokoh Tania dan Danar yang juga membuat cerita dalam novel ini menjadi semakin unik. Tania pun memfokuskan diri untuk belajar agar sukses dan berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Singapura.
   Konflik lain muncul ketika Danar dan Ratna memutuskan untuk menikah yang Tania sangat sedih dan memutuskan untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka. Setelah pernikahan Danar dan Ratna, Tania maupun Danar tidak pernah saling berhubungan satu sama lain. Tania mengalihkan kesedihannya dengan aktif bekerja, mengikuti organisasi, hingga membuka sebuah toko kue di Singapura.
   Puncak konflik dalam novel ini terjadi ketika setelah menikah Ratna mulai menyadari perubahan sikap Danar. Danar yang pada awalnya sangat perhatian menjadi terasa kaku dan dingin terhadapnya. Singkat cerita, tokoh Danar mulai menyadari perasaannya. Ia mulai menyadari akan perasaan cinta yang dimilikinya untuk Tania. Namun, semuanya sudah terlambat. Danar sudah menikah dan Ratna sedang mengandung anak mereka. Tania yang kemudian mengetahui perasaan Danar pun meminta Danar untuk melupakannya dan kembali menjalani hari-harinya bersama Ratna. Sedangkan dirinya memutuskan untuk melupakan seluruh cerita cintanya dan kembali ke Singapura untuk memulai lembaran kehidupan barunya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
   Novel ini mempunyai kelebihan pada penyajian jalan cerita dan akhir ceritanya yang tidak biasa dan mengundang rasa penasaran pembaca untuk mengetahui kelanjutan kisah antara Danar dan Tania. Keunggulan lain dalam novel ini adalah bahasa santai yang digunakan Tere Liye dalam menggambarkan cerita ini sehingga akan mudah dimengerti pembaca.Â
Penggunaan diksi yang indah dan detail juga menambah kesan romantis dalam ceritanya. Cerita ini juga tidak monoton yang benar-benar akan membawa pembaca pada suasana dan perasaan tokoh dengan sangat realistis. Ditambah ukuran buku yang tidak terlalu tebal menggolongkan novel ini merupakan bacaan yang cukup ringan namun tetap dapat membuat pembaca penasaran. Selain itu, novel ini juga banyak mengandung pesan moral yang bisa diambil manfaatnya bagi pembaca.
   Selain memiliki kelebihan novel ini juga memiliki kekurangan yang terletak pada desain sampul dan kertasnya yang kurang menarik. Selain itu, perpindahan alur dan beberapa bagian yang cenderung dipotong tiba-tiba membuat pembaca sesekali kebingungan. Tetapi, semua itu tidak sedikitpun mengurangi majna dari cerita yang disampaikan Tere Liye. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, secara umum novel ini layak untuk dibaca melihat dari kelebihan yang dimiliki novel ini dan nilai nilai moral yang terkandung didalamnya seperti tata krama dalam berbicara, menghormati orang tua, bersabar, selalu mengingat kebaikan yang dilakukan orang lain terhadap diri kita, selalu bekerja keras, tidak pantang menyerah dalam menghadapi segala ujian kehidupan dan nilai-nilai kehidupan lainnya.
ANALISIS UNSUR INSTRINSIK
Tema
Tema dalam novel ini adalah cinta yang tidak harus saling memiliki, seperti kutipan dalam buku sebagai berikut:
- "Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini." (Hal 256)
Tema dalam novel ini juga mengenai keikhlasan dalam menerima takdir tuhan, seperti dalam kutipan berikut:
- "Ketahuilah, Tania dan Dede... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin... Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya..." (Hal. 63)
- "Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan." (Hal. 196)
Penokohan
- Tania (Tokoh Aku)
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga seorang yang menyayangi keluarganya,terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan hidup mereka.
Cerdas: "Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampau 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan peringka terbaik." (Hal. 127)
Cantik:Â "Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: "mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania." (Hal. 15)
Membanggakan: "Lihatlah... Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan." (Hal. 192)
- Danar
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Tampan: "Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal Selangor mendesisi. "wow, cute," saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai." (Hal. 95)
Baik: "Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudia membungkusnya perlahan-lahan." (Hal. 24)
- Dede
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyayangi keluarganya, cerdas, memiliki nalar yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Danar sewaktu ia kecil dulu. Ia juga oandai bercerita, karena sering bercerita bersama Danar di kelas mendongeng.
Cerdas: "Dede ranking empat di kelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit." (Hal. 44)
- Ratna
Kak Ratna adalah seorang oerempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik, menyenagkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar simpan diam-diam.
Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur. Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
- Pengenalan/Awal cerita
Awal cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di sebuah toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh utama, yang kemudia berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
- Konflik/Awal permasalahan
Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa perasaan yang menggangu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan bersama ke Dnia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.
- Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni ketika Tania bertemu dengan Om Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan mengenai kejujuran yang sebenarnya dari selururh perasaan yang mereka pendam selama ini.
- Anti Klimaks
Anti klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan perasaanyanya sendiri dan ingin berudaha melepaskan bayang-bayang Danar di benaknya.
- Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.
Latar
- Latar tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan Singapura. Seperti ketika di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di:
- Rumah kardus Tania: "Dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus." (Hal. 30)
- Lingkungan rumah kardus Tania: "Aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini." (Hal. 232)
- Toko buku favorit Danar: "Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri dissini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya." (Hal. 104)
- Rumah Sakit: "Menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit." (Hal. 57)
- Pusara Ibu: "Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu." (Hal. 195)
- Kontrakan Danar: "Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya." (Hal. 67)
- Bandara: "Ketika tiba di Bandara, Dia dan Dede sudah menjemputku di lobi kedatangan luar negeri." (Hal. 78)
Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di:
- Bandara Changi: "Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi." (Hal. 102)
- NUS (National University of Singapore): "Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)." (Hal. 100)
- Toko buku terbesar di Singapura: "Buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan." (Hal. 96)
- Latar Waktu
- Pagi hari: "Besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci." (Hal. 24)
- Siang hari: "Kami makan siang di kantin mahasiswa." (Hal. 101)
- Sore hari: "Aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain." (Hal.38)
- Malam hari: "Malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma." (Hal. 37)
- Latar Suasana
- Menyenangkan: "Pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama ini)" (Hal. 95)
- Menyedihkan: "Kak.. kenapa Ibu dibungkus?" aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti benar tentang kata kematian. (Hal. 62)
- Mengharukan: "Tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu." (Hal. 130)
- Mengagetkan: "Mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan." (Hal. 131)
Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Cerita ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini. Tercermin dalam kutipan berikut ini:
- "Aku mencintainya. Itulah semua perasaanku." (Hal. 154)
- "Aku menimpuk kepala anne dengan gumpalan tisu." (Hal. 177)
- "Dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya tuhan, mata itu redup. Redup sekali." (Hal. 237)
Gaya bahasa
- Simile
- "Seseorang yang bagai malaikat adir dalam kehidupan keluarga kami..." (Hal. 128)
- Asosiasi
- "Mobil beringsut seperti keong." (Hal. 65)
- Hiperbola
- "Seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya." (Hal. 129)
- "Demi untuk membaca e-mail yang berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan untuk pulang segera ke Jakarta." (Hal. 230)
- Personofikasi
- "Hujan deras turun telah membungkus kota ini." (Hal. 13)
- "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin." (Hal. 63)
- "Angin malam memainkan anak rambutku." (Hal. 236)
- Metafora
- "Bagian tajamnya menghadap ke atas, kemudian tanpa ampun menghujam kakiku yang sehelai pun aku tak beralas saat melewatinya." (Hal. 22)
AMANAT
   Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah terkadang hal yang harus kita lakukan adalah menerima. Menerima, bahwa segala hal yang kita inginkan tidak selalu harus terjadi. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu memang bukan hadir untuk kita, meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat, meski seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang tersebut, kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
   Ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif, hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya bersedih kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi seseorang yang sukses di Singapura.
   Karena cinta tidak harus memiliki.
REKOMENDASI
   Kepada siapapun yang sedang mencari cerita menarik dengan teka-teki di dalam alur cerita maupun tokohnya, novel ini sangat direkomendasikan untuk menjadi daftar bacaan kalian selanjutnya. Ketika membaca novel ini rasanya seperti sedang membaca kisah nyata seseorang, sangat realistis. Tere Liye benar-benar berhasil mengajak pembaca untuk menggunakan logika dalam berpikir lebih rasional serta berbeda dalam membaca cerita ini. Kalian juga akan  mendapatkan berbagai pelajaran seperti pantang menyerah dan ikhlas menerima keadaan yang ada. Sebagaimana kisah Tania dengan Danar, keduanya memiliki perasaan yang sama pada waktu yang tidak tepat. Tidak semua yang kita inginkan dapat tercapai, sehingga kita tidak boleh memaksa kehendak. Namun, tetap harus bijak dalam memaknai maksud novel ini sehingga tidak menghasilkan makna ganda, seperti Tania yang masih belasan tahun mencintai pemuda dengan usia yang terpaut jauh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H