Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemerdekaan Adalah Perjuangan Tanpa Henti

18 Agustus 2016   12:28 Diperbarui: 19 Agustus 2016   01:48 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangsa Indonesia baru saja merayakan kemerdekaannya yang ke 71, namun masih banyak persoalan bangsa ini yang dianggap belum sepenuhnya merasakan dan menikmati kemerdekaan. Jika kemerdekaan yang dimaksud adalah bebas dari kolonialisme asing dan bangsa ini mampu berdiri sendiri sebagai bangsa berdaulat maka sepenuhnya kita ini telah merdeka

Sebagaimana yang senantiasa kita terima sebagai kenyataan sejarah, bahwa perjuangan bangsa ini adalah perjuangan merdeka atau mati melawan arogansi penjajahan dan kolonialisme asing yang mencengkram bumi pertiwi ini selama ratusan tahun. Kemerdekaan yang kita dapatkan berarti merdeka dari penjajahan, kolonialisme, hegemoni asing atau kesewenang-wenangan yang memenjarakan kebebasan dan hak kita sebagai pemegang kedaulatan atas negeri ini.

Ketika kita berbicara atau berdiskusi mengenai apa dan bagaimana sebuah kemerdekaan itu diraih dan dirasakan seseorang, sungguh tidak akan menemui satu titik temu, karena kemerdekaan hakikatnya akan memiliki perbedaan pada saat makna kebebasan dipahami oleh setiap orang. Ketika seseorang berada dalam tahanan atau dipenjara maka kebebasannya dihambat karena dia tidak bebas bergerak. 

Oleh karenanya, orang yang dipenjara pasti tidak pernah merasakan kemerdekaan karena kebebasannya benar-benar dibatasi. Namun, adakalanya penjara bagi seseorang merupakan area kebebesan dan kemerdekaan ketika dia memperjuangkan kebenaran demi bangsanya. Simbol kebebasan dan kemerdekaan baginya justru ketika dirinya berada dalam tahanan. Dari sinilah letak bagaimana sebuah kemerdekaan itu dirasakan, dinikmati dan diaktualisasikan dalam kehidupan setiap orang secara berbeda-beda.

Istilah kemerdekaan (freedom) atau kebebasan (liberty) bisa melekat pada benda atau manusia, keduanya memiliki konotasi yang sama, yaitu berada pada kondisi tanpa tekanan dari apapun. Inilah sebenarnya makna kemerdekaan hakiki bagi setiap manusia. Lalu bagaimana dengan kondisi dan perilaku masyarakat modern yang saat ini justru terkungkung dalam dalam kebusukan birokrasi? Terhimpit oleh kemacetan jalan raya yang setiap saat kita nikmati? 

Konsep kemerdekaan yang sesungguhnya berarti hanyalah sebuah utopia atau mitos yang selalu diperjuangkan sebagai angan-angan yang ada dalam keinginan semua orang. Dengan demikian, tidak salah jika dikatakan bahwa kemerdekaan dan kebebasan adalah bentuk perjuangan yang tiada henti yang dilakukan manusia secara terus menerus. 

Sama halnya ketika bangsa ini melalui perjalanan dari kemerdekaan ke kemerdekaan yang bahkan telah mencapai 71 kali adalah perjalanan menggelorakan perjuangan. Oleh karenanya, wajar ketika tema Kemerdekaan RI ke 71 kali ini adalah “kerja nyata” sebagai bentuk perjuangan agar bangsa ini terus memberikan karya nyata untuk memperoleh bentuk kemerdekaan secara hakiki: menjadi bangsa kuat dan mandiri.

Konsep kebebasan dan kemerdekaan yang ada pada manusia sebenarnya selalu terhimpit pada dua bentuk, yaitu kebebasan dari (freedom from) dan kebebasan untuk (freedom to). Yang pertama mengacu pada kebebasan tertinggi manusia atau kebebasan hakiki tertinggi yang dimiliki setiap individu, karena dia harus bebas dari segala macam tekanan sekaligus paksaan dari apapun dan siapapun. Pada bagian ini, kita bisa melihat ketika manusia dapat menentukan kepercayaannya kepada agama atau tidak memilih kepercayaan apapun atau tidak beragama. 

Adapun yang disebut kedua lebih ke arah pilihan dalam hal kebebasan untuk menjadi siapa. Setiap orang akan memilih dan berbuat apa yang menjadi pilihan hidupnya sendiri. Dalam hal ini, manusia bisa memilih dia akan menjadi apa, bisa pekerja kantoran, politisi, agamawan atau profesional. Kedua arus kebebasan ini terus menjadi tema perjuangan setiap manusia dalam memaknai kehidupan yang dia jalankan.

Lalu, sebenarnya sejauh mana bangsa ini merdeka? Apakah setiap individu dalam bangsa ini merasakan kemerdekaan? Bagaimana dengan para petani, nelayan, buruh, para pekerja rumah tangga, pengangguran, para pendidik, apakah benar-benar telah merasakan kemerdekaan?kebebasan? jawabannya mungkin akan beragam dan bisa jadi tidak akan mencapai titik temu dan dapat memuaskan semua pihak. Saya lebih berasumsi untuk melihat kemerdekaan atau kebebasan dari sudut pandang moral keagamaan, karena bisa dipastikan akan memiliki keseragaman dalam hal jawaban. 

Dari sudut moral keagamaan, orang merdeka berarti mereka yang bebas dari keterikatan dan ketundukan pada kekuatan yang menurunkan derajat kemanusiaannya. Ketika derajat kemanusiaan direndahkan dan diusik, berarti kita harus berjuang menegakkan kemerdekaan. Sama halnya ketika seseorang dipenjara demi membela kebenaran, maka penjara menjadi simbol kehidupan yang merdeka. Sebaliknya, seseorang yang hidup mewah dan bebas bepergian kemanapun, tetapi semuanya ditopang oleh kebejatan moral, seperti menindas rakyat, korupsi, berlaku tidak adil, mereka itulah sebenarnya orang yang terjajah dan terpenjara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun