Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sesajen dan Agama dalam Akulturasi Budaya

11 Januari 2022   12:52 Diperbarui: 11 Januari 2022   12:56 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita barangkali sedikit dikejutkan oleh sebuah peristiwa arogansi seseorang yang tiba-tiba merusak sesajen di wilayah Lumajang, Jawa Timur. Secara etika, bentuk perusakan terhadap apapun merupakan pelanggaran moral, dan agama, khususnya Islam, jelas mengajarkan bagaimana seorang Muslim tidak dibenarkan merusak "kesucian" yang diyakini oleh kelompok yang berbeda keyakinan. Hal ini bukan soal toleransi, tetapi soal pemahaman tradisi dan budaya yang seringkali mengalami mispersepsi.

Islam di Indonesia, tentu mengalami suatu proses yang cukup unik dalam perkembangannya, bahkan telah dimulai sejak abad ke-15. Dalam kurun waktu kurang dari 1 abad, konversi Muslim terjadi begitu sangat cepat dan massif. Bagaimana tidak, Islam seolah menjadi keyakinan mayoritas masyakat Nusantara tanpa terjadi benturan sedikitpun dengan tradisi dan budaya yang sudah lebih dahulu ada. Islam tentu saja mengakui, bahwa tradisi-tradisi yang membudaya dalam masyarakat diakui tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tidak mungkin rasanya terjadi konversi yang begitu cepat jika Islam yang dibawa para guru sufi ke Nusantara bercorak monolitik terlebih ofensif dalam memperkenalkan ajaran-ajaran Islam kepada penduduk yang mungkin pada waktu itu masih beragama Hindu-Budha.

Keberhasilan Islam diterima oleh masyarakat Nusantara karena ajarannya yang sangat fleksibel, adaptif dan reseptif sehingga begitu mudah diterima oleh hati setiap orang. Ada yang menyebut Islam di Nusantara bercorak indigenous yang membedakan dengan watak Islam fi belahan bumi lainnya. Dimana agama dan budaya begitu dekat bahkan keduanya saling menerima dan mengisi dalam seluruh kehidupan masyarakat.

Kita tentu saja tidak terlalu terburu-buru dalam menilai bahwa mereka yang masih menjalankan praktik sesajen ditengah keislaman mereka sebagai golongan sesat dan menyesatkan. Nabi Muhammad sendiri pernah mengkritik pendapat semacam ini, dimana menurut beliau jangan mudah menilai orang lain sesat, jangan-jangan yang menuduh itu lebih sesat. Jika dikaitkan dengan ajaran Islam, yang berhak memberi hidayah (petunjuk) adalah Tuhan dan manusia tidak akan mampu memberikan petunjuk. Menuduh saja dicela oleh ajaran Islam, apalagi merusak itu jelas jauh dari norma-norma agama. Kemungkinan kasus perusakan sesajen oleh oknum yang beragama Islam karena dangkalnya pengetahuan agama. khususnya sejarah Islam di Nusantara.

Mari kita jaga keutuhan umat dengan tidak saling membenci "sesembahan" sebab kita tidak menyembah apa yang mereka sembah dan merekapun tidak menyembah apa yang kita sembah. Bagi saya, sesajen merupakan bentuk kepercayaan yang diyakini mendatangkan keberkahan, dan merekalah yang telah merasakan keberkahan tersebut dan Tuhan Maha Tahu apa yang ada dalam hati mereka. Lagipula, Islam memiliki sejarah bagaimana berhala-berhala disekitar Ka'bah dihancurkan oleh Nabi Muhammad setelah peristiwa Fathu Mekah jauh setelah Nabi hijrah ke Madinah. Proses "pembersihan" inipun hampir tanpa kekerasan dan tanpa terjadi keributan,begitulah sesungguhnya bagaimana Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita bagaimana seorang Muslim bersikap lemah lembut dan bukan dengan kemarahan melakukan perusakan dengan alasan agama yang salah di pahami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun