Geger wabah di negeri antah-berantah, semua orang menutup pintu rumah
Bahkan, menggembok rapat-rapat altar suci untuk beribadah
Nalar tak mau lagi kompromi, nurani semakin tak jelas arah dan mati
Otak para birokrat tumpul berpindah ke dengkul
Para agamawan lupa punya senjata, rohaniwan pun hanya mengelus dada tak berani menerobos brikade angkara
Merekapun lalu tersungkur, jatuh bangun lari tunggang langgang, ketakutan setengah mati
Tuhan-tuhan telah mati, para malaikat tak lagi bertaji, hanya cerita para nabi dibacakan dari balik jendela yang terkunci
Lihatlah wajah-wajah setengah itu yang begitu ketakutan, mengisolasi diri dari keramaian
Wajah-wajah yang dulu sombong, takabur, beringas, kini tak lagi bebas bernafas
Dada mereka sempit, terhimpit, dan terjepit akibat penyakit
Orang-orang kota yang dulu jumawa, kini tak bisa lagi tertawa, bahkan untuk menertawakan diri mereka sendiri mereka tak bisa