Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Moral vs Parlemen Jalanan

5 Desember 2018   15:04 Diperbarui: 5 Desember 2018   15:09 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kelompok-kelompok baru ini seperti sedang membuat gerakan tandingan dengan menunjukkan kemampuannya menggerakkan sekian banyak orang untuk peduli berada dalam barisan mereka seraya memprovokasi kelompok sosial lainnya yang telah lebih dulu ada. Klaim atas jumlah yang sekian banyak, menjadi hal penting sebagai bagian dari eksistensi mereka yang "membedakannya" dengan kelompok-kelompok sosial-keagamaan yang ada. 

Terkait atau tidaknya keberadaan mereka dengan suasan kontestasi politik, namun yang pasti jika benar mereka menyebut sebagai gerakan moral atau parlemen jalanan, maka dipastikan memang mereka sedang menancapkan ideologi tertentu dan menyebarkannya secara kognitif kepada khalayak dalam momentum yang benar-benar tepat.

Tak berlebihan jika saya menilai, terjadi pergeseran yang signifikan secara simultan pada kelompok ini, setelah sukses menggaet solidaritas umat melalui kesamaan identitas dalam melawan kasus penistaan agama, lalu berubah menjadi "kelompok partisan" dengan ikut dalam mempengaruhi kontestasi, lalu berubah kembali dengan menyebut dirinya gerakan moral sekaligus berpolitik lewat parlemen jalanan. 

Jika memang ini sebuah gerakan moral, maka sangat tak mungkin akan terus berpolitik menjadi barisan parlemen jalanan yang akan terus mengkritisi kekuasaan. Penanaman ideologi tentu saja perlu waktu cukup lama dan membutuhkan berbagai macam ruang eksistensi dan kebetulan mereka memanfaatkannya melalui semangat keagamaan yang belakangan menguat di tengah masyarakat akibat globalisasi media sosial.

Suatu gerakan ideologis umumnya memang selalu mencari momentumnya untuk mencapai setiap tujuannya dan kebetulan ruang-ruang gerak itu terbuka, terutama pasca reformasi bergulir di negeri ini. Suatu gerakan ideologis, tentu saja bertujuan untuk menandingi atau dalam hal tertentu justru menggantikan ideologi kebangsaan yang saat ini ada. 

Melihat pada efek gerakannya yang lebih didominasi politik identitas, sepertinya mereka sedang menggaungkan sebuah ideologi tandingan yang lebih hebat, lebih kuat, lebih sakral dibanding ideologi yang saat ini ada. 

Jadi, hampir tak mungkin suatu gerakan moral tetapi dikooptasi secara terus menerus, bahkan tampak menonjolkan sisi ideologinya daripada semangat gerakan moralnya. Jika memang mau menjadi gerakan moral, perkuatlah nilai-nilai moral yang secara universal diterima semua pihak, bukan klaim atas moralitas yang dikooptasi dan dikuasai secara sempit dan partisan sesuai kelompoknya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun