Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Ketika NU Memilih Jokowi dan Muhammadiyah Memilih Prabowo

28 November 2018   10:28 Diperbarui: 29 November 2018   09:00 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(nasional.kompas.com)

Sebuah hasil survei dirilis oleh Media Survei Nasional (Median) dengan membuat polarisasi pemilih berdasarkan basis keagamaan yang hasilnya menunjukkan, capres petahana Joko Widodo meraup dukungan pemilih dari kalangan NU dan capres Prabowo Subianto unggul di kalangan pemilih berlatarbelakang Muhammadiyah. 

Menariknya, di kalangan pemilih NU, Jokowi mendapatkan dukungan sebanyak 47,6 persen sedangkan ketika survei dilakukan kepada kalangan Muhammadiyah, Prabowo justru memperoleh dukungan sebanyak 62 persen. Hasil survei ini bagi saya menarik, terutama bagaimana menjelaskan polarisasi pandangan keagamaan yang dihubungkan dengan pilihan politik masyarakat.

NU dan Muhammadiyah, memang memiliki kultur keagamaan yang cukup berbeda bahkan dalam beberapa hal berseberangan. Namun harus diakui, kedua ormas Islam ini merupakan wujud gambaran paling dominan ketika dikaitkan dengan prinsip keberagamaan masyarakat muslim Indonesia. 

Kedua ormas Islam ini memiliki sejarah panjang dalam hal politik, bahkan juga pernah mengalami pasang surut dalam konteks politik kekuasaan. Fusi parpol yang pernah diberlakukan ketika rezim Orde Baru berkuasa, membuat dua ormas keagamaan ini dipaksa bergabung dalam satu partai berasaskan Islam, yaitu PPP. 

Walaupun keberadaan mereka dalam rumah baru politik itu dapat saling bersinergi, namun tak jarang konflik internal mewarnai perjalanan panjang kepolitikan dua ormas Islam terbesar ini.

Melihat pada konteks politik kekinian, nuansa keagamaan memang seringkali muncul ketika dihadapkan pada situasi pemilih dalam hal dukungan politik kepada masing-masing kandidat. Sudah sejak lama, NU sepertinya menunjukkan kesamaan ideologi politiknya dengan Jokowi yang notabene kader PDIP. 

NU yang getol mengawal tradisi dan budaya keagamaannya, bahkan belakangan semakin diperketat akibat kuatnya arus besar kelompok yang "melawan" tradisi keagamaan yang diwarisi NU, tetapi justru selalu mendapatkan pembelaan dari Jokowi dan organisasi politik pendukungnya. Ormas seperti Muhammadiyah, tentu saja terkesan puritan, sehingga kadang bertolak belakang dengan kebiasaan tradisi keagamaan yang dijalankan warga NU.

Ekspresi keberagamaan masyarakat muslim Indonesia memang akan mengerucut hanya ke dalam dua model ormas terbesar yang diwakili oleh NU dan Muhammadiyah. Bagi kalangan yang cenderung terbiasa dengan berbagai tradisi keagamaan, jelas akan merawat dan mempertahankannya dan komunitas itu akan lebih dekat kepada NU. 

Di sisi lain, kalangan yang kurang respon terhadap tradisi---untuk tidak menyebut anti-tradisi---atau mereka yang memiliki kecenderungan puritan terhadap aspek keagamaan Islam jelas akan lebih dekat kepada Muhammadiyah. Belakangan, nuansa keagamaan seperti disebut di atas, tampaknya memang ikut mewarnai dinamika politik di tengah ekspektasi pergantian kekuasaan.

Keduanya jelas dapat sangat mungkin bersaing secara politik, karena memang terdapat perbedaan unsur ideologis, di mana NU lebih dekat dengan tradisi dan budaya---khususnya Jawa---sedangkan Muhammadiyah terkesan tak bersahabat dan cenderung menjauhi tradisi seperti yang dijalankan NU.

Wajar saya kira, terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang lebih dekat secara ideologis dengan Muhammadiyah, terlebih mereka yang seringkali tak mau kompromi dengan berbagai tradisi yang menurut anggapan mereka bukan berasal dari Islam. Sulit untuk tidak mengatakan, NU dan Muhammadiyah sudah lama menjadi "rival" politik dan konsekuensinya dapat dibuktikan oleh hasil rilis sigi paling teranyar yang dilakukan Median.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun