Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ma'la, Saksi Bisu Pusara Ulama Nusantara di Mekah

13 Agustus 2018   02:23 Diperbarui: 13 Agustus 2018   02:32 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi para jamaah haji Indonesia, tidak semuanya mengetahui bahwa banyak ulama Nusantara yang berjasa mengembangkan keilmuan Islam yang kemudian wafat dan dikuburkan di Jannatul Ma'lah (Ma'la)  di Mekah. Pemakaman ini menjadi saksi bisu para ulama tanah air yang diagungkan masyarakat Arab, sebagai tokoh penting membangun peradaban Islam dunia.

Ma'la berjarak sekitar 1,5 km dari Masjidil Haram dan dapat ditempuh dengan jalan kaki. Jamaah haji dapat menuju komplek pemakaman ini melaui pintu keluar Marwah menuju terminal bis Syib Amir. Hanya melewati satu fly over,  pintu utamanya sudah dapat dijangkau tepat dibelakang Masjid Jin yang terkenal.

Ada pemandangan berbeda antara pemakaman di Arab dan di Indonesia. Pemakaman di Tanah Haram hampir dipastikan tak memiliki ciri apapun, kecuali tumpukan batu sebagai penanda bahwa itu adalah kuburan. Tanpa nisan dan nama sehingga sulit mengetahui siapa yang bersemayam dibawah susunan batu-batu yang berjejer rapih tersebut.

Dulu, sebelum. 1925 ketika masih bernama Hijaz, Arab Saudi mirip dengan Nusantara. Pemakaman dibuat sedemikian rupa, diberi nisan dan tanda khusus--seperti dibangun kubah--sebagai penjelas yang dikuburkan adalah tokoh penting yang dikagumi umat.

Beberapa makam keluarga yang terkait dengan Nabi Muhammad tampak dibedakan dan tampak jelas, walaupun setelah Dinasti Saud berkuasa, pemberangusan terhadap nilai-nilai tradisi dan budaya gencar dilakukan. Kubah yang dulu ada dibawah pusara Khadijah al-Kubra istri Rasulullah, dibongkar sehingga sulit rasanya mrngetahui secara pasti dimana letak makamnya.

Ma'la juga banya diziarahi terutama di musim haji. Umumnya, orang-orang Pakistan,  India,  Turki, Yaman,  dan termasuk Malaysia dan Indonesia mendominasi para peziarah. Banyak para ulama yang dikuburkan disini, termasuk yang dikenal dua ulama Nusantara: Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Ahmad Nahrowi al-Banyumasi.

Syekh Nawawi jelas ulama mumpuni Nusantara yang juga mengajar di Masjidil Haram. Karya-karya monumentalnya dipelajari di pesantren-pesantren di Jawa bahkan di beberapa lembaga pendidikan di Timur Tengah, tulisannya yang mengomentari berbagai kajian tasawuf justru sering dijadikan rujukan.

Salah satu ulama lainnya yang bahkan sempat menjadi hakim di Mekah adalah Syekh Nahrowi. Ulama asal Banyumas ini hidup semasa dengan Pangeran Diponegoro dan dipercaya pihak kerajaan Arab Saudi sebagai editor handal atas karya-karya ulama lainnya. Hampir seluruh karya tulis para ulama harus melewati "screening" dirinya terlebih dahulu, sebelum layak diterbitkan.

Menemukan posisi makam Syekh Nawawi serasa lebih mudah--meskipun hampir tanpa penanda--karena posisinya tepat dibawah fly over menurut kawan yang bermukim disana. Kecuali makam Syekh Nahrowi yang sulit diidentifikasi letak dan posisi yang sesungguhnya. Bagi saya,  inilah bukti nyata sejarah Islam Nusantara yang begitu diagungkan dan dihormati di Mekah, berbeda dengan di negeri sendiri yang sinis memperdebatkan Islam Nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun