Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puasa dan Peringatan Turunnya Al Quran

18 Mei 2018   10:38 Diperbarui: 18 Mei 2018   10:47 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tradisi Islam, hampir dipastikan bahwa seluruh peristiwa besar yang terjadi dalam konteks sejarah kehidupan manusia, selalu diperingati melalui aktivitas puasa. Peristiwa Arafah pada 9 Dzulhijjah merupakan hari bertemunya kembali Adam dan Hawa, kemudian dikenang umat Muslim dengan berpuasa setiap tanggal itu. Bulan Muharram yang setiap tanggal 10 disebut memiliki sejarah penting soal terbebasnya Bani Israil dari kezaliman Firaun, juga diperingati dengan berpuasa. 

Kebiasaan Nabi Muhammad berpuasa pada setiap hari Senin dan Kamis juga semata-mata karena suatu peristiwa penting pada dua hari itu, sehingga dirinya memperingati dengan cara berpuasa.

Betapa pentingnya memperingati suatu peristiwa, sehingga hal ini menjadi kebiasaan yang membudaya bahkan dihampir semua agama, termasuk Islam. Dalam Islam, sikap menghormati suatu peristiwa, seringkali diperingati melalui aktivitas berpuasa. 

Tradisi memperingati dengan cara berpuasa ini jelas mengajarkan kesederhanaan dan sikap tunduk seseorang kepada Tuhan. Itulah kenapa, mengadakan peringatan terkait sebuah peristiwa didalamnya, merupakan bagian dalam tradisi Islam, bahkan telah hadir sejak dahulu. Al-Quran sendiri menyebut: "Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat" (QS. 87:9).

Ketika agama mengajarkan bahwa setiap peringatan itu bermanfaat, masih saja ada sekelompok orang yang justru alergi terhadap peringatan. Sungguh amat beruntung umat Muslim yang selalu mengingatkan dengan cara memperingati suatu peristiwa besar, entah itu Maulid Nabi, Isra Mi'raj, Tahun Baru Islam, atau peristiwa apapun terkait dengan tradisi, budaya, atau kepercayaan masyarakat. 

Agama tentu saja mengajarkan pentingnya memperingati suatu peristiwa, karena melalui peringatan, terdapat banyak pelajaran penting yang sangat berharga dan bermanfaat.

Tak terkecuali aktivitas puasa Ramadan, tak dapat dilepaskan karena memperingati turunnya al-Quran. Memperingati suatu peristiwa dengan berpuasa, umumnya tak kurang dari satu atau dua hari, kecuali Ramadan yang dijalankan selama satu bulan. Hal ini karena peristiwa yang terjadi pada bulan itu, sesuatu yang istimewa dan sangat luar biasa. 

Perintah berpuasa pada bulan Ramadan kepada seluruh umat Muslim, semata-mata bukanlah sekadar cara mendisiplinkan setiap pribadi dengan membatasi atau mengatur "keinginan liar" akibat dorongan hawa nafsu, tetapi jauh dari itu agar senantiasa mengingat bahwa Ramadan merupakan bulan diturunkannya al-Quran.

Al-Quran merupakan "bacaan" (qur'aanan) sesuai dengan makna kebahasaanya. Namun ia juga  merupakan "kumpulan" dari berbagai "bacaan" (kitab suci) sebelumnya, sehingga al-Quran merupakan kitab suci yang terkumpul didalamnya hukum, pelajaran hidup (mau'idzah), moral, peristiwa sejarah, dan dilengkapi oleh sekelumit "rahasia" yang mampu menggugah bahkan mengantarkan setiap orang mendapatkan lebih banyak petunjuk dibandingkan dengan kitab suci lainnya. 

Keistimewaan dan keagungan al-Quran bahkan, tak pernah tunduk, bertekuk lutut, atau tenggelam diantara para pengkritiknya. Al-Quran seperti permata yang memantulkan sinarnya dari berbagai sisi, dikritik, dibicarakan, digali maknanya, bahkan dihina sekalipun, tetap memantulkan cahanya sebagai jawaban yang hadir di setiap perubahan zaman.

Al-Quran yang turun kepada Nabi Muhammad dalam redaksi bahasa Arab, tak sedikitpun mengalami perubahan, bahkan sekadar satu huruf-pun. Bahasa Arab bahkan pada akhirnya menyatukan seluruh umat Muslim di dunia, karena mereka salat, dzikir, dan membaca al-Quran seluruhnya menggunakan redaksi bahasa Arab secara seragam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun