Kisruh soal travel nakal umrah yang belakangan mencoreng nama baik pemerintah, khususnya Kementrian Agama, membuat salah satu anggota Komisi III Fraksi PDIP, Arteria Dahlan meluapkan emosinya dengan melontarkan kalimat yang sangat tak pantas bagi seorang wakil rakyat. Dalam sebuah rapat Komisi III DPR dengan Jaksa Agung, M Prasetyo, Arteria sebagaimana dikutip laman detik.com mengucapkan kata yang tidak pantas sama sekali.
"Yang dicari jangan kayak tadi bapak lakukan inventarisasi, pencegahannya, Pak. Ini Kementerian Agama bangsat, Pak, semuanya, Pak!" tuding Arteria. Saya kira, seburuk apapun sebuah kasus, pihak kementrian terkait atau pemerintah  dan DPR adalah mitra kerja yang sudah seharusnya mencari solusi, bukan malah memaki-maki.
Sejauh ini, saya melihat, soal penipuan umrah tidak sebatas pada perihal perizinan yang keseluruhannya menjadi tanggungjawab kementrian agama, tetapi karena memang banyak travel nakal yang "mengakali" biaya umrah semurah mungkin agar dapat menarik calon jamaah lebih banyak. Semakin banyak jamaah, maka biaya dapat ditekan sedemikian rendah, apalagi melalui penetapan masa tunggu yang seringkali dijadikan akal-akalan para travel umrah bermasalah.
Kasus First Travel, PT SBL dan Abu Tours merupakan contoh nyata dari praktik umrah murah bermasalah dengan model masa tunggu dengan menjaring sekian banyak jamaah. Saya kira, upaya pemerintah dengan mematok biaya umrah Rp 20 juta adalah solusi nyata mengatasi benang kusut kekisruhan travel umrah yang menentukan harga umrah secara bervariasi.
Saya tidak begitu memahami, apa dasar Arteria Dahlan sebegitu emosinya menuding pihak Kementrian Agama dengan kalimat "bangsat", padahal seorang wakil rakyat tentu saja memahami benar soal etika politik karena mereka tentu saja "pilihan" terbaik diantara jutaan rakyat yang ada. Bukankah belum tentu yang memaki atau merendahkan itu lebih baik dari mereka yang dimaki atau direndahkan?
Entah apakah ini terkait soal DPR yang senantiasa disoroti publik soal banyaknya kasus korupsi, pembangunan gedung baru yang dipersoalkan dan persoalan-persoalan lain yang tak sepi dari kritik publik, sehingga emosi wakil rakyat tampak tak terbendung, menghantam siapa saja karena memang "aji mumpung"?
Saya jadi merenung dan teringat salah satu ayat dari kitab suci Al-Quran, "Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman" (QS Al-hujarat: 11). Bagi saya, menuding "bangsat" kepada mitra kerja sama saja dengan mencela dirinya sendiri, karena bagaimanapun "wajah" mitra kerja DPR adalah DPR itu sendiri, bukan pihak lain.
Sejauh ini, wajah wakil rakyat sudah seringkali tercoreng dan baru-baru ini malah menunjukkan lebih banyak bopeng sehingga sulit sekali menutupinya. Saya kira publik lebih tahu dan pandai menilai---tanpa ada pretensi politik didalamnya---apa yang dimaksud kata itu yang terlontar dari mulut wakil rakyat yang sedemikian terhormat.
Saya kira, persoalan apapun pasti akan selalu muncul ditengah masyarakat dan perlu dicari solusinya dengan duduk bersama, minum kopi atau teh dengan suasana penuh kehangatan dan kedewasaan berpikir. Emosi bukanlah solusi, tetapi lebih banyak berdampak citra buruk, tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi lembaga dimana dia bernaung dan mitra kerja yang sejauh ini bekerjasama.Â
Memang, saat ini pihak Kementrian Agama baru merilis ada 4 travel umrah yang izinnya dicabut, yaitu PT Amanah Bersama Ummat (Abu Tours), Solusi Balad Lumampah (SBL), Mustaqbal Prima Wisata, dan Interculture Tourindo. Untuk kasus First Travel saya kira sudah bangkrut, jadi tinggal persoalan penyelesaian secara hukum saja di pengadilan.
Soal anggota DPR Fraksi PDIP Arteria Dahlan yang memaki-maki Kementrian Agama, tetaplah menjadi contoh yang tidak baik dan sudah semestinya mendapat teguran keras dari partainya. Meskipun dirinya tak terima soal Kemenag yang seolah-olah menyalahkan masyarakat yang tertipu umrah travel bodong.