Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Warna-warni "Ideologi Politik" di Pikada Jabar

8 Januari 2018   12:41 Diperbarui: 9 Januari 2018   13:26 3377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, Deddy Mizwar(ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI, AGUS BEBENG, KOMPAS.com/IRWAN NUGRAHA)

Saya kira, sesumbar cawagub PDIP, Anton Charliyan untuk menerapkan strategi "super cepat" sebagaimana legenda Sangkuriang dalam memenangkan Pilkada Jabar, tidak lain adalah soal membangun image politik yang pasti terasa berat, mengingat kedua kandidat ini justru muncul tiba-tiba, setelah menyadari, terdapat pertentangan ideologi politik ketika hendak mengusung Ridwan Kamil bersama parpol koalisi lainnya. 

Bagi saya, ini adalah pertaruhan terbesar PDIP di Pilkada Jabar, setelah sebelumnya kalah ketika mengusung pasangan Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki. Jabar memang wilayah potensial, utamanya untuk mendulang suara bagi ajang kontestasi nasional mendatang. PDIP, jelas sangat berkepentingan untuk dapat memenangkan di Pilkada Jabar kali ini, walaupun memang sangat berat melihat dari komposisi kandidat yang telah ada.

Representasi ideologi politik nasionalis lainnya yang sedikit diwarnai oleh "tradisionalisme Islam", mengerucut pada pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. Keduanya memiliki keterkaitan seni dan budaya yang juga digandrungi kalangan tradisionalisme Islam. 

Kiprah Deddy Mizwar dalam dunia seni sudah tidak diragukan lagi, karena dirinya mantan aktor kawakan dan perintis sinetron bernafaskan Islam. Tak jauh beda dengan Dedi Mulyadi, yang juga "kreator" dalam akulturasi seni sunda-Islam, sebagaimana ketika dirinya menjadi bupati Purwakarta. Saya kira, para pemilih-pun pada akhirnya akan sama-sama, memilih berdasarkan kecenderungan ideologis: nasionalis, tradisionalisme dan modernisme Islam, dan nasionalisme-Islam yang gandrung akan "mistisisme" agama yang dikaitkan dengan seni dan budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun