Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guruku adalah Orang-orang Pesantren

27 November 2017   07:07 Diperbarui: 27 November 2017   11:07 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pilihan waktu itu adalah Pesantren Darussalam Ciamis, yang masih diasuh oleh salah seorang ulama besar Jawa Barat, KH Irfan Hielmy. Sebelum saya didaftarkan ke Darussalam, ayah pernah mengatakan, "Kiai Irfan itu orang pandai, alim, cerdas, dan ia belajar secara otodidak dan inilah barangkali yang dimaksud dengan ilmu 'laduni', sebuah transmisi kelimuan karena anugerah Tuhan". Sebagai "santri" saya tentu saja manut apa yang diinginkan ayah dan saya bertekad ingin lebih banyak tahu soal keilmuan agama Islam sebagaimana yang ayah saya sampaikan.

Pesantren Darussalam, tentu saja pesantren modern waktu itu, karena lembaga pendidikan formal sejak dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi menyatu dalam komplek pesantren. Berbagai kitab klasik hingga modern diajarkan di pesantren ini, bahkan kehidupan kesenian benar-benar diangkat, sebagai bagian dari bakat dan hobi para santri yang harus tetap tersalurkan. 

Sejauh pengalaman saya nyantri, memang belum pernah saya bertemu dengan sosok kiai sederhana namun memiliki keilmuan yang sungguh sangat luar biasa. Kiai Irfan---atau dirinya lebih suka dipanggil 'Kang' daripada kiai---banyak menguasai berbagai bahasa yang dipelajarinya secara otodidak. Penguasaannya yang mendalam akan karya-karya ulama klasik dalam bahasa Arab, membuat kiai Irfan disegani oleh hampir seluruh ulama di Jawa Barat. Di pesantren inilah, saya belajar selama tiga tahun, mendapatkan berbagai pengetahuan Islam secara lebih terbuka dan variatif.

Slogan pesantren Darussalam, "menjadi muslim moderat, mukmin demokrat dan muhsin diplomat", saya rasa cukup untuk memberikan gambaran bahwa pesantren ini mengajarkan semua mazhab dalam soal fiqh, tidak mengikatkan diri pada suatu mazhab tertentu dan mendorong para santrinya mengembangkan citra pemikiran moderat yang ramah. 

Dan inilah yang saya rasakan, betapa saya banyak diajarkan beragam kitab klasik keilmuan agama Islam lintas mazhab, diperkaya dengan kajian-kajian hadits dan ulumul hadits serta tafsir yang semakin memperkaya alam pengetahuan keagamaan. Kiai Irfan bagi saya, adalah sosok guru yang paling berkesan selama saya hidup, karena selama saya menjadi santrinya, tak pernah saya melihat dirinya berpenampilan bak ulama Arab, berjubah, berimamah atau bersurban panjang. Gaya "Islam Nusantara" melekat abadi dalam sosok kiai Irfan, jujur, sederhana, apa adanya, berpeci dan bersarung, namun memiliki pengetahuan yang demikian sangat luas.

Guru-guruku adalah orang-orang dari pesantren, yang tak mungkin saya sebutkan satu-persatu dalam tulisan ini. Merekalah yang telah banyak membentuk saya dalam banyak hal, cara berpikir, cara mengambil sebuah kebenaran, menyimpulkan suatu kebenaran, menghargai setiap perbedaan pendapat dan berdebat serta berargumentasi secara lebih baik dan bermartabat. 

Saya teringat beberapa hari yang lalu adalah Hari Guru, dan bagi saya banyak guru-guru saya yang berasal dari pesantren dan bahkan hingga saat ini, saya tetap menjadi "santri" bagi guru-guru saya. Kesantrian saya abadi, tak akan pernah luntur, karena "kesantrian" adalah selalu merasa dirinya menjadi santri, yang selalu ingin belajar dan butuh bimbingan dari siapa saja, orang-orang dari pesantren.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun