Sehingga, tanpa disadari, saya sebenarnya telah diajarkan bagaimana caranya bertoleransi dalam banyak hal: toleransi berkultur, berpikiran dan berpendapat, agama, politik dan bahkan toleransi sesama umat dan benar-benar menjaga agar terhindar dari friksi yang merugikan. Bapak senantiasa mengajarkan kedamaian, bukan permusuhan, tetapi jika ada yang memusuhi, Bapak selalu menunjukkan jika dirinya berpijak pada "kebenaran".
Nasihat Bapak kepada saya, "Dadi wong aja bener jare dewek bae, tapi kudu selamet" (Hidup itu bukan sekadar mempertahankan kebenaran sendiri, tetapi juga bagaimana kita ini selamat). Saya kemudian memahami, bahwa merasa benar saja tidak cukup, karena kebenaran yang dimaksud bagaimana bisa menyelamatkan diri kita dan juga orang lain di sekitar kita. "Benar dan Selamat" adalah dua prinsip hidup yang selalu diamanatkan Bapak kepada saya. Semoga Bapak tetap sehat, berbuat terus untuk umat, entah kenapa hari-hari ini saya sangat merindukan Bapak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H