Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

RI-Arab Saudi, Bentuk Nyata Persaudaraan Islam

2 Maret 2017   12:32 Diperbarui: 3 Maret 2017   06:01 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahkan fondasi utama persatuan Islam dibangun oleh kemudahan (yassiru) bukan oleh kerumitan (wa laa tu’assiru) sehingga kerjasama dalam bidang apapun akan tampak menjadi kuat dan berjangka panjang tidak sekedar kerjasama sesaat. Sungguh bahwa kerjasama yang baru saja terwujud secara baik antara RI-Arab Saudi perlu mendapatkan apresiasi dari seluruh masyarakat, terlebih warga muslim yang menjadi mayoritas di Indonesia. Secara tidak langsung, hal ini membuktikan bahwa kerjasama yang didasari oleh kesamaan nilai-nilai dan ideologi cenderung lebih mudah dan nihil persyaratan yang rumit dibanding kerjasama dengan negara lain yang berbeda ideologinya.

Asumsi saya, bahwa apa yang terjadi antara RI-Arab Saudi sejauh ini adalah bentuk nyata dari kerjasama menguntungkan atas dasar persaudaraan Islam. Presiden Jokowi jelas memiliki peran  penting dalam membangun kerjasama bilateral ini dengan menepis berbagai anggapan bahwa muslim di Indonesia sedang mengalami konflik. Presiden Jokowi berhasil meyakinkan otoritas Arab Saudi bahwa wajah Islam Indonesia lebih moderat dan humanis sehingga akan lebih menjamin keamanan atas investasi apapun yang dijalankan kedua belah pihak. 

Konflik politik yang selama ini terjadi hanyalah sebatas “riak-riak” yang muncul di permukaan, bukan pada dimensi terdalam yang dipicu oleh emosi keagamaan. Tidak menutup kemungkinan jika kemudian Indonesia justru akan menjadi perhatian dunia Islam pada umumnya, karena sikap toleransinya yang ditunjukkan ditengah heterogenitas suku, budaya, bahasa dan agama namun tetap mampu menjaga keutuhan bangsanya. Menjadi kiblat dunia bagi peradaban Islam saya kira tidak sulit bagi Indonesia, terlebih negeri ini sudah memiliki modal sosial yang kuat soal budaya dan pemikiran keislaman.  

Wallahu a'lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun