Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Swing Voters" di Pilkada Jakarta, ke Mana Berlabuh?

16 Desember 2016   14:35 Diperbarui: 16 Desember 2016   19:11 3108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pilkada DKI. Lipsus.kompas.com

Disamping itu, kesan positif selalu dimunculkan sebagai kandidat yang memiliki pengalaman lebih, terutama dalam soal perbaikan dan pengelolaan Ibu Kota. Walaupun salah satu pasangannya terjerat kasus hukum, namun mereka masih memiliki mesin politik yang kuat sehingga mampu menjaga soliditas konstituen pendukungnya.

Adapun pasangan lain, Agus-Sylvi dan Anis-Sandi nampaknya masih berjibaku untuk menarik simpati sebanyak-banyaknya pemilih di DKI Jakarta. Walaupun keduanya sudah didukung kekuatan konstituen yang terbentuk dari parpol, namun soliditas dan menjaga penguatan iklim konstituen yang sudah terbentuk bukanlah perkara mudah. Hasil beberapa lembaga survei soal elektabilitas masing-masing kontestan di Pilkada Jakarta terlihat menunjukkan pergeseran dimana Agus-Sylvi justru menempati urutan pertama antara 29-30 persen peluang keterpilihannya melalui survei selama November 2016 yang dilakukan 3 lembaga survei, Median, Carta Politika dan Indikator Politik Indonesia.

Perubahan ini jelas menunjukkan ada beberapa kelompok pemilih yang kemudian mengubah pilihannya kepada kandidat lain atau menjadi non-partisan karena memang tidak ada kontestan yang sesuai harapan mereka. Saya kira, hampir semua kandidat di Pilgub DKI Jakarta kali ini tidak ada yang mayoritas soal elektabilitasnya, semuanya masih harus melakukan strategi-strategi jitu guna memperoleh dukungan dari seluruh elemen masyarakat.

Kondisi ini justru ditambah oleh peluang swing voters yang bisa saja semakin menguat, melihat dari tipologi pemilih Jakarta yang mendasarkan pilihannya secara rasional atau non-rasional. Karena para swing voters-pun bisa terdiri dari pemilih yang rasional dan non-rasional. Para kandidat harus mampu dengan jeli membaca kecenderungan alasan pilihan kelompok ini, sehingga strategi yang dikedepankan untuk meraih simpati pemilih non-partisan dapat lebih mudah dipetakan.

Strategi komunikasi dan penyediaan informasi perlu dilakukan untuk meyakinkan para pemilih non-partisan. Memang cukup sulit, karena masing-masing kontestan harus mampu menarik mereka keluar dari kebimbangan memilih sedangkan kelompok non-partisan sendiri memiliki beragam karakteristik. Masing-masing kandidat jangan terjebak kemudian dengan “memaksakan” persamaan karakteristik dengan pemilih non-partisan, sehingga kesan plin-plan malah dengan mudah terbaca oleh masyarakat. Bahkan kecenderungan warga Jakarta untuk dipimpin gubenur “baru” harus dilihat sebagai bagian terpenting dari alasan pemilih swing voters, sehingga masing-masing kandidat harus meyakinkan bahwa mereka adalah juga para gubernur baru di Jakarta.    

Wallahu a'lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun