Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Reformasi adalah Perjuangan Ingat Melawan Lupa

24 Mei 2016   12:35 Diperbarui: 25 Mei 2016   07:31 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas/Eddy Hasby Ribuan mahasiswa se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mendatangi Gedung MPR/DPR, Mei 1998

Belum lagi tingkat kemiskinan di Indonesia yang penurunannya hanya rata-rata 0,5 persen pertahun, berarti pertumbuhan ekonomi bisa dibilang melambat. Ekonomi di Indonesia nampaknya masih terus dibayang-bayangi oleh semakin menumpuknya utang luar negeri yang pada Novemver 2015 saja sudah menembus angka US$ 304,6 miliar atau setara dengan 4.234 triliun.

Antusiasme publik saat digulirkannya reformasi pada 1998 mengenai penghapusan praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) juga berbanding terbalik. Kenyataannya, praktek KKN justru semakin menggila di era reformasi dibanding era-era sebelumnya. Praktek KKN tidak lagi terfokus dalam pusat kekuasaan, tetapi merambah dan menulari menjadi semacam penyakit dalam masyarakat yang membudaya. 

Sungguh sebuah fenomena reformasi yang kebablasan. Reformasi tidak dipahami sebagai sebuah proses menuju arah kebaikan, tetapi lebih ke arah bentuk euforia masyarakat akan kebebasan yang berlebihan sehingga berdampak dalam segala hal. 

Kebijakan otonomi daerah mengenai perimbangan keuangan yang dikelola oleh daerah juga membuat daerah-daerah menginginkan pemekaran, sehingga proses-proses yang dilakukan seringkali bernuansa KKN dan akhirnya muncul “raja-raja” kecil di daerah dengan segala kekuasaan yang dimilikinya.

Asumsi saya, bangsa ini sudah terlalu banyak melupakan reformasi. Anehnya, proses-proses reformasi yang dulu disuarakan mahasiswa yang menuntut perbaikan negeri ini seakan dibuat “lupa” oleh para elite kekuasaan di negeri ini. Suara-suara mahasiswa yang orisinil disuarakan demi perbaikan kondisi bangsa saat ini hanya dianggap “angin lalu” padahal mereka merupakan aset-aset bangsa sebagai elite dalam masyarakat yang potensial. 

Suara-suara para pekerja lepas dan buruh yang ikut menyuarakan nasib mereka juga tak pernah ditanggapi hanya janji-janji yang entah kapan terpenuhi. Kita selalu diingatkan oleh Michael Foucault ketika dia menyatakan, “rasa kesejahteraan sejati memandang eksistensi kita tegak di atas selaksa peristiwa yang hilang tanpa bekas dan tanpa rujukan.” 

Foucault sesungguhnya mengingatkan agar kita jangan mudah lupa. Lupa terhadap perjuangan reformasi yang sampai saat ini harus ditegakkan demi mencapai cita-cita bangsa Indonesia yang bermartabat dan berkemajuan.

Wallahu a’lam bisshawab    

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun