Mohon tunggu...
Syahirul Alem
Syahirul Alem Mohon Tunggu... lainnya -

penulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Asa Bulu Tangkis Sebagai Aset Bangsa

6 Juni 2016   10:52 Diperbarui: 6 Juni 2016   12:00 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai Penggemar berat bulutangkis Indonesia adakalanya kebanggaan tapi adakalanya kecewa atas prestasi bulutangkis Indonesia yang naik turun tanpa ada kestabilan prestasi siapa sangka setelah sukses menembus finalis Piala Thomas para atlet justru gagal total di Turnamen Indonesia Superseries. Kerinduan atas presatsi masa lalu di era Susi Susanti dkk ataupun Taufik Hidayat dkk entah kapan kembali lagi. Boleh dikatakan Indonesia adalah gudangnya atlet bulutangkasi berpotensi.Klub-klub besar melakukan pelatihan yang sudah terstandarisasi layaknya pelatnas bulutangkis seperti klub Djarum, Jaya Raya. demikian juga turnamen sirkuit nasional diputar sepanjang tahun layaknya turnamen superseries bikinan WBF. 

Lalu apa yang membuat bulutangkis Indonesia tampak labil prestasi padahal dari sisi permainan sama dengan bulutangkis dunia lainnya. Disektor tunggal trio andalan Jonathan Cristie, Ihsan Maulana dan Anthony Sinisuka Ginting dari sisi pernmainan sudah selevel Lee Chong Wei, tunggal putri atlet remaja Fitriani juga punya nyali dalam permainan dan prospek yang cerah, sedang di sektor ganda putra, ganda putri dan ganda campuran para atlet Indonesia termasuk ranking teratas di peringkat WBF. Jika melihat potensi dan regenerasi bulutangkis Indonesia masih punya prospek cerah sebagai asset bangsa sebagai duta olahraga di kancah internasional.

Sebagai kesadaran bersama bahwa bulutangkis Indonesia adalah asset bangsa tentu peranan pelatih dan juga pengurus bulutangkis sangat penting terutama para pengurus PBSI supaya terus menerus melakukan berbagai inovasi karena perkembangan bulutangkis internasional saat ini kian maju dan berkembang. Kekuatan bulutangkis Eropa yang dimotori oleh Denmark kini sudah mulai sejajar dengan Asia buktinya Denmark mampu meraih piala Thomas untuk yang pertama kalinya selain itu muncul kekuatan baru di Asia seperti jepang dan india sedangkan Negara lain seperti Amerika dan Afrika kini dalam taraf mulai berkembang. 

Agar potensi atlet Indonesia makin berkembang tentu harus ditempa berbagai pengalaman pertandingan karena sudah tidak eranya mengandalkan bakat atau talenta atlet dalam berprestasi seperti Taufik Hidayat maupun Susi Susanti, maka dari itu dibutuhkan dana besar dalam mendukung perkembangan atlet Indonesia. Sektor tunggal barangkali harus terus diasah dengan mengirimkan para atlet mudanya sehingga diharapkan 2-3 tahun Indonesaia kembali memiliki atlet tunggal andalan baik putra maupun putri seperti Susi Susanti, Taufik Hidayat, Hendrawan dll.

Perhatian dan dukungan pemerintah terhadap perkembangan atlet bulutangkis perlu dilakukan tidak hanya dukungan dana saja tapi juga penting baik Kemenpora maupun juga diharapkan dari Presiden Jokowi untuk sering datang ke Pelatnas guna beraudensi dengan pengurus dan para atletnya dan juga melihat langsung bagaimana para atlet di tempa secara langsung untuk membawa nama baik negara. Apalagi menjelang Olimpiade Rio De Jainero merupakan momentum yang tepat untuk terjun langsung ke lapangan.

Guna mendukung prestasi atlet maka sangat penting diadakan turnamen di tingkat regional kawasan ASEAN yaitu turnamen selevel Gold Gandprix yaitu turnamen bintang tiga yang diselenggarakan secara berkelanjutan antar negara kawasan ASEAN bahkan bila di mungkinkan sesame Negara ASEAN membentuk federasi seperti dalam sepakbola yaitu AFF karena kekuatan bulutangkis di kawasan ASEAN kini makin berkembang tidak hanya Indonesia, Malaysia dan Thailand tapi juga Singapura, Vietnam maupun Filiphina. Sehingga para atlet taruna bisa dikirim ke turnamen tersebut. 

Selain itu juga dalam kepengurusan bulutangkis para pengurus tidak berkutat merebutkan kepengurusan PBSI saja tapi juga kepengurusan juga berkembang menuju level selanjutnya bahkan sampai di WBF sebagaimana Denmark yang atletnya berani menjadi Presiden WBF seperti Paul Erik Hayer Laursen. Sehingga mampu membuat peringkat para atlet Denmark cepat melonjak, peringkat ini penting karena berpengaruh terhadap hasil undian ketika turnamen berlangsung. 

Karena seringkali para atlet Indonesia bertumbangan dikarenakan hasil undian yang langsung bertemu dengan lawan-lawan berat sejak awal turnamen. Oleh sebab itu diperlukan dukungan dari semua pihak baik agar dalam pembinaan atlet sesuai dengan harapan selain ditunjang dengan kelengkapan fasilitas juga para pelatih profesional dan juga para pengurus yang punya banyak waktu untuk mengurusi para atlet.

Bila diibaratkan klub sepakbola bulutangkis Indonesia bisa dikatakan setara dengan klub-klub besar Eropa seperti Barcelona, Real Madrid ataupun juga Chelsea. Mereka para klub besar memiliki presiden yang gila bola seperti Florentino Perez Presiden Real Madrid ataupun juga Roman abramovich pemilik Chelsea mereka tidak segan segan memilih pelatih yang benar-benar maestro, memang lain antara klub sepakbola dengan bulutangkis di Indonesia tapi stidaknya ada kesamaan yaitu keduanya di tuntut untuk selalu berprestasi oleh para penggemarnya. 

Sehingga masing-masing berusaha menjaga level permainannya. Di Indonesia para pelatih banyak orang yang berpengalaman bahkan di Indonesia sampai impor pelatih ke luar negeri, siapa sangka Hendrawan menjadi pelatihnya Lee Chong Wei atlet Malaysia yang digadang-gadang meraih emas olimpiade. Termasuk juga Rexy Mainaky adalah juga pelatih bertangan dingin yang saat ini dipercaya menjadi kepal bidang prestasi dan pembinana PBSI. Tinggal bagaimana motivasi para atlet Indonesia untuk berlatih dengan keras dan rasa tanggungjawab untuk selalu berprestasi.

Tantangan di depan mata adalah meraih medali emas di Olimpiade Rio De Janiero semua pihak berharap kegagalan di Olimpiade London yang untuk pertama kalinya tim bulutangkis Indonsesia gagal mendapatkan medali tidak kemabali berulang. Harapan kita terletak pada pasangan sarat pengalaman Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan untuk tetap stabil sampai pada puncak permainan sebagaimana yang mereka tontonkan ketika membawa tim Bulutangkis Indonesia ke final Piala Thomas selain itu juga pada dua pasangan ganda campuran yaitu Tantowi/Lilyana Natsir dan Juara All England Praven Jordan dan Debby Susanto untuk dapat membawa pulang sekeping medali emas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun