Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI dan Kita, dari Cari Diskon sampai Jadi Asisten Hidup!

1 Februari 2025   08:34 Diperbarui: 1 Februari 2025   08:34 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba bayangkan: Anda sedang bersantai di rumah, ponsel di tangan, dan tiba-tiba muncul notifikasi, "Diskon 70% untuk barang yang baru saja Anda cari!" Luar biasa, bukan? Atau mungkin sedikit menyeramkan? Selamat datang di era di mana Artificial Intelligence (AI) tahu selera belanja Anda lebih baik dari pasangan Anda sendiri.

Menurut survei Katadata Insight Center (KIC), 81,2% pengguna AI di Indonesia memakai teknologi ini untuk mencari informasi. Artinya, mayoritas dari kita sudah terbiasa bertanya kepada AI---mulai dari "Apa itu inflasi?" hingga pertanyaan filosofis seperti "Kenapa gebetan nggak balas chat?" (Jawaban AI: "Mungkin dia sibuk... atau tidak tertarik. Silakan coba lagi di lain hari.")

Tapi yang paling menarik, 46,7% dari kita menggunakan AI untuk belanja online. Ini masuk akal, karena algoritma rekomendasi di e-commerce sudah seperti sahabat yang selalu siap memberikan saran belanja. Anda cari sepatu? Dalam hitungan detik, AI langsung merekomendasikan sepatu yang "kebetulan" sesuai dengan selera Anda. Bahkan, sebelum Anda sadar bahwa Anda butuh sepatu, AI sudah lebih dulu tahu! Mengerikan? Sedikit. Membantu? Jelas!

Di urutan ketiga, ada 44,8% yang menggunakan AI untuk mengedit foto dan video. Tidak heran, sekarang siapa saja bisa punya foto Instagramable dengan wajah glowing bak artis K-drama, padahal aslinya lebih mirip wajah bangun kesiangan. Filter-filter AI telah menjadi penyelamat bagi mereka yang ingin tampil lebih menarik tanpa perlu ribet dandan. Efeknya? Dunia maya semakin penuh dengan wajah yang sempurna, sementara dunia nyata masih tetap butuh skincare dan tidur cukup.

Lalu, ada 34,9% pengguna AI yang memanfaatkannya untuk navigasi perjalanan. AI di sini berperan sebagai GPS pintar yang tahu rute tercepat, bahkan bisa memperhitungkan macet akibat konvoi pengantin atau demo buruh. Tapi tentu saja, AI ini kadang terlalu optimis. Pernahkah Anda mengikuti Google Maps ke jalan pintas dan malah nyasar ke gang sempit yang hanya bisa dilewati motor? Jika ya, maka Anda bukan satu-satunya korban dari "kecerdasan" buatan ini.

Sementara itu, 34,6% pengguna memanfaatkan AI untuk menerjemahkan bahasa. Ini bukti bahwa banyak dari kita masih bergumul dengan bahasa asing. AI penerjemah seperti Google Translate memang kadang bisa menyelamatkan hidup---terutama saat harus memahami menu makanan di restoran Jepang yang semuanya dalam kanji. Tapi jangan lupa, AI masih sering menerjemahkan dengan cara yang unik. Coba saja terjemahkan "Saya kangen kamu" ke beberapa bahasa lalu kembali ke bahasa Indonesia. Bisa jadi hasil akhirnya adalah "Saya kehilangan kamu dengan sangat dalam." Jadi, gunakan AI penerjemah dengan bijak, ya!

Ada juga AI yang digunakan untuk mengelola e-mail (19,2%), mengatur jadwal dan pengingat (19,1%), hingga mengakses layanan pelanggan (14,7%). Ini menunjukkan bahwa AI semakin berperan sebagai asisten pribadi kita. Sayangnya, AI masih belum bisa membuat alasan yang masuk akal saat kita telat membalas e-mail bos. ("Maaf Pak, AI saya error, bukan saya yang malas!")

Yang lebih menarik, 12,8% orang menggunakan AI untuk mengelola kesehatan. Dari aplikasi yang mengingatkan kita minum air sampai yang bisa mendiagnosis penyakit dari gejala yang kita masukkan, AI memang semakin menjadi dokter pribadi. Tapi tentu saja, AI bukan pengganti dokter sungguhan. Kalau AI bilang Anda mungkin kena flu, bukan berarti Anda harus langsung panik dan beli obat sekarung!

Kesimpulannya? AI sudah jadi bagian hidup kita, bahkan tanpa kita sadari. Dari membantu cari diskon, edit foto, sampai jadi navigator perjalanan, AI adalah teman sekaligus "penguntit" digital yang selalu ada. Apakah ini kabar baik atau buruk? Tergantung cara kita menggunakannya.

Satu hal yang pasti: di masa depan, kita mungkin akan bertanya pada AI, "Bagaimana cara jadi manusia yang lebih baik?" Dan siapa tahu, AI mungkin akan menjawab, "Mulailah dengan mengurangi belanja online tengah malam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun