Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Merampok Perpustakaan: Jalan Ninja Menuju Kesuksesan

30 Januari 2025   15:42 Diperbarui: 30 Januari 2025   15:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartun merampok perpustakaan. (Sumber: Toonhole.com)

Siapa sangka, jalan menuju sukses ternyata tidak melibatkan seminar motivasi mahal, kopi kekinian, atau caption Instagram tentang "work hard, play hard"? Tidak, teman-teman. Ternyata rahasia sukses bisa dimulai dari tindakan yang sama sekali tidak terduga: merampok perpustakaan! Inilah cerita absurd dan lucu yang menggambarkan betapa fleksibelnya konsep "usaha" di zaman modern.

Mari kita mulai dari premisnya. Ada seorang anak muda yang, dengan gaya hidupnya yang santai---atau kalau kata bapaknya, "kayak preman"---dianggap tidak punya masa depan. Bayangkan Anda adalah dia, diceramahi terus-menerus oleh seorang ayah dengan kacamata tebal dan suara bariton penuh harapan yang sudah hampir habis. "Kamu gak bakal sukses kalau terus begini!" katanya, dengan nada yang sudah hampir menyerah. Di kepala si anak, barangkali muncul pikiran, "Oke, Pak. Aku bakal sukses. Tapi caranya? Tunggu aja."

Dan begitulah, ia mulai memikirkan rencana. Bukan rencana konvensional seperti daftar kuliah, ikut kursus online, atau menjual merchandise gaming di TikTok. Oh, tidak. Anak ini memilih pendekatan ninja: masker, pistol mainan, dan target yang paling anti-mainstream---perpustakaan kota.

Kenapa Perpustakaan?

Di sinilah letak absurditasnya. Biasanya, perpustakaan adalah tempat yang damai, tempat orang-orang meminjam buku (lalu lupa mengembalikannya). Siapa yang berpikir untuk merampok perpustakaan? Bahkan maling berpengalaman pun mungkin tidak akan repot-repot. Tapi inilah yang terjadi. Si anak muda dengan misi membuktikan dirinya kepada bapaknya memilih untuk menyambangi perpustakaan, bukan bank.

"Keluarkan buku-buku itu, atau tidak ada yang terluka!" katanya dengan penuh semangat. Orang-orang di dalam perpustakaan mungkin kebingungan, sebagian takut, sebagian lagi mungkin mengira ini performance art yang aneh. Tetapi bagi si perampok, ini adalah momen serius. Ia tidak meminta uang, emas, atau benda berharga lainnya. Ia meminta buku-buku tentang bisnis, investasi, dan kesuksesan. Karena, menurutnya, jika ingin sukses, pelurunya adalah pengetahuan.

Filosofi di Balik Aksi Ini

Tentu saja, tindakan ini mengundang tawa dan tepuk jidat. Tetapi, jika dipikir-pikir, ada filosofi yang cukup mendalam di balik aksi konyol ini. Si anak muda ini membuktikan bahwa kadang-kadang, untuk sukses, kita harus memulai dari hal yang paling "gila". Ketika orang lain mengantri panjang di seminar motivasi, dia memilih jalur cepat (dan ilegal, meskipun ini tidak dianjurkan!).

Namun, apa yang lebih menarik adalah hasilnya. Setelah membawa pulang buku-buku curian itu, si anak muda mulai belajar dengan serius. Mungkin dia tidak paham semuanya pada awalnya. Siapa yang langsung paham istilah seperti "diversifikasi portofolio" atau "strategi pemasaran digital"? Tetapi, ia tidak menyerah. Satu per satu, buku-buku itu membuka pintu-pintu baru dalam pikirannya. Ia belajar cara mengelola uang, memahami pasar saham, dan bahkan membangun bisnis.

Dari Preman Jadi Pengusaha

Lompatan transformasi dari "preman" menjadi "business of the year" adalah inti dari cerita ini. Ini adalah kisah klasik tentang bagaimana seseorang bisa mengubah dirinya dengan sedikit keberanian, kreativitas, dan, ya, buku-buku hasil rampokan. Bayangkan konferensi pers di akhir cerita: "Bagaimana Anda bisa sukses?" tanyanya kepada wartawan. Dengan wajah penuh percaya diri, ia menjawab, "Aku berterima kasih kepada perpustakaan kota ini---meskipun aku belum mengembalikan buku-buku itu."

Lucunya, orang-orang tidak peduli. Mereka hanya melihat hasil: kesuksesan, pengakuan, dan, mungkin, sumbangan besar ke perpustakaan itu untuk menebus masa lalunya. Si anak muda ini mengajarkan bahwa cara tidak konvensional, selama diikuti dengan kerja keras dan niat yang benar, bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Pesan Moral yang Tidak Serius

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari cerita ini? Pertama, bahwa perpustakaan adalah tambang emas yang sering diabaikan. Kedua, jika Anda ingin sukses, jangan takut untuk berpikir di luar kotak---tapi kalau bisa, jangan sampai masuk penjara. Dan ketiga, mungkin yang paling penting, adalah bahwa sukses tidak melulu soal asal-usul, melainkan soal kemauan untuk belajar dan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun