Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mungkinkah Tuhan Menciptakan Sesuatu di Luar Logika Manusia?

28 Januari 2025   09:01 Diperbarui: 28 Januari 2025   09:06 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi logika manusia. (Sumber: Freepik.com)

Dalam filsafat, pertanyaan tentang Tuhan sering kali membawa kita pada pemikiran yang mendalam mengenai hakikat eksistensi, keterbatasan manusia, dan sifat dari yang ilahi. Salah satu pertanyaan yang menarik adalah: Mungkinkah Tuhan menciptakan sesuatu di luar logika manusia? Pertanyaan ini tidak hanya menantang batas pemikiran manusia, tetapi juga menggugah refleksi mengenai apa yang kita pahami sebagai logika, kebenaran, dan kekuasaan Tuhan.

Logika Sebagai Produk Manusia

Logika, dalam definisi paling mendasarnya, adalah alat manusia untuk memahami dunia. Ia lahir dari pengamatan atas pola-pola yang terjadi di alam, baik dalam bentuk sebab-akibat maupun dalam hubungan-hubungan lain yang dapat dirasionalisasi. Aristoteles, misalnya, memperkenalkan logika formal sebagai kerangka berpikir yang memastikan konsistensi dan kebenaran proposisi-proposisi tertentu. Namun, logika, sebagaimana didefinisikan manusia, memiliki batasan-batasan yang inheren.

Logika manusia bergantung pada kapasitas inderawi, intelektual, dan linguistik. Kapasitas ini terbatas oleh ruang dan waktu. Manusia memahami sesuatu berdasarkan pengalaman empiris dan kemampuan kognitif yang berkembang secara bertahap. Jika demikian, logika manusia bukanlah standar mutlak, melainkan refleksi dari keterbatasan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, jika Tuhan ada, logika yang dimiliki-Nya tentu tidak terbatasi oleh kerangka yang sama.

Tuhan dan Kekuasaan yang Tak Terbatas

Dalam tradisi teologi klasik, Tuhan dipahami sebagai entitas yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan tak terbatas. Sifat ini membawa konsekuensi logis bahwa Tuhan mampu menciptakan segala sesuatu, termasuk sesuatu yang berada di luar pemahaman atau logika manusia. Namun, pertanyaan ini mengundang kontradiksi yang tampak di permukaan: apakah Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak logis? Apakah mungkin bagi Tuhan yang dianggap sempurna untuk menciptakan sesuatu yang melampaui kebenaran universal?

Untuk menjawab ini, kita perlu membedakan antara tidak logis dan melampaui logika manusia. Sesuatu yang tidak logis mungkin berarti melanggar hukum-hukum dasar eksistensi, seperti menciptakan segitiga bulat atau menggabungkan dua konsep yang saling bertentangan. Akan tetapi, sesuatu yang melampaui logika manusia adalah konsep yang mungkin masuk akal dalam kerangka pemikiran yang lebih tinggi, meskipun tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia yang terbatas.

Perspektif Filsafat Ketuhanan

Thomas Aquinas, dalam pemikirannya tentang Tuhan, mengajukan gagasan bahwa Tuhan adalah causa prima (penyebab pertama) yang tidak dapat diselidiki sepenuhnya oleh akal manusia. Bagi Aquinas, keterbatasan akal manusia tidak menunjukkan ketidakmungkinan keberadaan sesuatu yang lebih tinggi, melainkan menegaskan posisi manusia sebagai makhluk yang bergantung pada wahyu untuk memahami hakikat Tuhan. Dalam pandangan ini, Tuhan dapat menciptakan sesuatu yang berada di luar jangkauan logika manusia, karena pikiran manusia hanya dapat memahami sebagian kecil dari yang ilahi.

Immanuel Kant membawa perspektif berbeda. Dalam sistem epistemologi Kantian, akal manusia hanya mampu memahami fenomena, yaitu realitas sebagaimana ia tampak bagi manusia. Namun, di luar fenomena ada noumena -- realitas sejati yang tidak dapat dijangkau oleh akal. Jika Tuhan ada, maka tindakan dan ciptaan-Nya berada pada ranah noumenal, yang melampaui kategori-kategori logis manusia.

Pengalaman dan Misteri

Banyak tradisi keagamaan menekankan bahwa manusia tidak dipanggil untuk memahami Tuhan sepenuhnya, melainkan untuk tunduk pada misteri-Nya. Dalam tradisi Kristen, misalnya, konsep Tritunggal dianggap melampaui logika manusia: Tuhan adalah satu, tetapi juga tiga pribadi yang berbeda. Dalam Islam, nama-nama Allah yang mulia (asmaul husna) mengisyaratkan kekuasaan yang melampaui pengertian manusia. Konsep-konsep ini tidak bertentangan dengan logika, tetapi melampaui batasan pemahaman logis manusia.

Misteri, dalam konteks ini, bukanlah kekosongan pengetahuan, melainkan pengakuan atas keterbatasan manusia dalam memahami sesuatu yang tak terbatas. Ini adalah refleksi dari kebesaran Tuhan yang tidak terkurung oleh hukum-hukum yang diciptakan-Nya sendiri.

Apakah Semua Hal Harus Masuk Akal?

Pertanyaan lain yang muncul dari diskusi ini adalah: apakah segala sesuatu harus masuk akal bagi manusia untuk dianggap nyata atau mungkin? Jika logika manusia adalah alat yang terbatas, maka ada kemungkinan besar bahwa ada realitas di luar kerangka logis yang kita pahami. Sebagai contoh, konsep-konsep seperti mekanika kuantum dan teori multiverse awalnya dianggap tidak logis, tetapi sekarang menjadi bagian integral dari pemahaman ilmiah modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun