Pernah nggak sih kepikiran kenapa hal-hal yang dulu dianggap kuno tiba-tiba balik lagi jadi tren?Â
Ponsel dulu gede, terus makin kecil, sekarang balik lagi ke ukuran jumbo. Lagu-lagu lama yang sempat ditinggalin, daur ulang dikit, eh, malah hits lagi. Bahkan warung kecil yang dulu nyaris punah karena supermarket, sekarang muncul lagi dengan gaya baru. Kok, kayaknya semuanya berputar-putar, ya?
Sebenarnya, ini bukan hal aneh. Dunia ini memang suka siklus. Kalau di dunia ekonomi mikro (alias ekonomi skala kecil, yang deket banget sama keseharian kita), tren yang bolak-balik ini adalah cara pasar merespons keinginan kita, si konsumen. Yuk, bahas lebih dalam, biar makin paham!
Nostalgia Itu Ampuh Banget
Nggak bisa dipungkiri, manusia itu makhluk nostalgia. Hal-hal yang pernah bikin kita senang dulu sering kali bikin kita nyaman, walaupun udah lama banget. Jadi, wajar aja kalau barang atau gaya lama kayak furnitur vintage, baju retro, atau lagu-lagu klasik selalu punya tempat di hati kita.
Tapi, nostalgia itu nggak cuma buat "seneng-seneng." Di dunia bisnis, nostalgia itu strategi marketing yang jitu banget. Brand besar atau usaha kecil sering memanfaatkan nostalgia buat bikin produk mereka terasa lebih spesial. Misalnya, baju model 90-an balik lagi tapi dibuat lebih modern, atau lagu lama yang di-remix biar relatable sama generasi sekarang. Kita nggak sadar, tapi sering kali itu yang bikin kita beli produk-produk ini.
Kebutuhan Praktis Juga Main Peran
Selain nostalgia, kebutuhan praktis juga ikut ngatur tren. Contohnya ukuran ponsel. Dulu, ponsel gede banget, terus jadi kecil biar gampang dibawa. Tapi makin ke sini, orang-orang butuh layar besar buat nonton, kerja, atau gaming, jadilah ponsel gede balik lagi.
Hal yang sama juga terjadi di dunia ritel. Awalnya, warung kecil mendominasi. Terus datang supermarket dan minimarket dengan sistem yang lebih modern. Eh, tapi sekarang banyak minimarket tutup, dan orang malah balik belanja ke warung kecil. Kenapa? Ya, karena warung kecil lebih fleksibel. Mereka buka 24 jam, harganya lebih murah, dan lebih personal. Jadi kalau kamu ngutang sebungkus mi instan tengah malam, nggak ada yang protes.