Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melawan Waktu

15 Desember 2024   07:31 Diperbarui: 15 Desember 2024   07:37 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan manusia, seperti yang sering digambarkan dalam berbagai metafora, adalah sebuah perjalanan melawan waktu. Kita berlomba dengan detik yang terus berdetak, seolah-olah ada garis akhir yang menunggu di kejauhan. Kartun tentang manusia di dalam jam pasir yang berusaha memindahkan pasir dari bawah ke atas adalah gambaran ironis dari kehidupan modern. Ia mengundang kita untuk berhenti sejenak, merenungkan, dan bertanya: untuk apa sebenarnya kita berjuang? Apakah usaha kita benar-benar bermakna, atau hanya bagian dari siklus yang sia-sia?

Waktu adalah satu-satunya sumber daya yang kita miliki tetapi tak pernah bisa kita simpan. Ia terus berjalan maju, mengalir seperti pasir di dalam jam pasir. Dalam hidup, banyak dari kita yang terjebak dalam pekerjaan yang tampaknya "urgent" tetapi jarang "penting". Kita bekerja keras untuk mengejar sesuatu yang seolah-olah esensial, tetapi pada akhirnya, seperti pasir dalam jam itu, semuanya akan jatuh kembali ke dasar. Apakah kita benar-benar tahu ke mana energi kita mengalir?

Kartun ini mengingatkan kita bahwa waktu tak bisa dikembalikan. Setiap butir pasir yang jatuh adalah simbol dari detik yang telah berlalu---tak dapat diambil kembali, tak dapat diulang. Lalu, bagaimana cara kita memanfaatkan waktu yang tersisa? Kita sering mendengar kalimat seperti, "Jangan sia-siakan waktumu," tetapi berapa banyak dari kita yang benar-benar memahami maknanya?

Memanfaatkan waktu tidak selalu berarti bekerja lebih keras atau mencapai lebih banyak. Memanfaatkan waktu adalah tentang menyadari apa yang benar-benar penting dalam hidup: hubungan yang bermakna, kebahagiaan sederhana, dan upaya untuk memberikan dampak positif, sekecil apa pun itu. Hidup bukan tentang jumlah detik yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita mengisinya. Dalam perenungan ini, kita perlu bertanya pada diri sendiri: Apakah kita mengisi waktu kita dengan hal-hal yang memberikan makna sejati?

Pasir dalam jam pasir terus mengalir tanpa henti, mengikuti gravitasi, seperti halnya kehidupan mengikuti hukum alam. Ada hal-hal yang berada di luar kendali kita: waktu yang berlalu, usia yang bertambah, perubahan yang tak terelakkan. Melawan hukum alam ini bukan hanya sia-sia, tetapi juga melelahkan. Namun, manusia sering kali terjebak dalam keinginan untuk melawan---melawan usia, melawan kehilangan, bahkan melawan takdir.

Kartun ini mengajarkan bahwa menerima adalah bagian penting dari hidup. Menerima bukan berarti menyerah; ia adalah bentuk keberanian untuk menghadapi kenyataan dengan tenang dan bijak. Kita tidak bisa mengembalikan pasir ke atas, tetapi kita bisa memanfaatkan pasir yang masih ada di bawah untuk membangun sesuatu yang bermakna. Menerima keterbatasan bukanlah tanda kelemahan, tetapi tanda kebijaksanaan.

Manusia dalam kartun tersebut bekerja keras untuk memindahkan pasir kembali ke atas. Dalam kenyataan, hal ini mencerminkan perjuangan manusia untuk melawan ketidakmungkinan. Namun, kita juga perlu bertanya: Apakah semua usaha kita benar-benar membawa manfaat? Terlalu sering kita bekerja keras hanya untuk memenuhi tuntutan sosial atau ekspektasi orang lain, tanpa menyadari apakah itu benar-benar penting bagi kita.

Hidup yang bermakna tidak selalu tentang pencapaian besar atau kesuksesan gemilang. Kadang, ia ditemukan dalam tindakan kecil yang sederhana: membantu orang lain, menciptakan kenangan indah dengan orang yang kita cintai, atau sekadar menikmati keheningan di tengah hiruk-pikuk dunia. Kartun ini mengajarkan bahwa usaha yang bermakna adalah usaha yang selaras dengan nilai-nilai kita, bukan sekadar rutinitas yang kosong.

Manusia dalam kartun itu tidak sendiri. Mereka bekerja bersama, meskipun tugas mereka tampak sia-sia. Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun hidup penuh tantangan, kita tidak harus menghadapinya sendirian. Kebersamaan memberikan makna yang mendalam, bahkan di tengah perjuangan yang sulit. Kita mungkin tidak bisa melawan waktu, tetapi kita bisa membuat perjalanan ini lebih indah dengan berbagi dan bekerja bersama.

Jam pasir dalam kartun ini adalah pengingat yang lembut tetapi kuat bahwa hidup adalah perjalanan yang fana. Ia meminta kita untuk merenung: bagaimana kita ingin menghabiskan waktu kita? Apakah kita akan terus melawan sesuatu yang tak terhindarkan, ataukah kita akan belajar untuk menerima, mencintai, dan mengisi waktu kita dengan makna?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun