Namun, bukan berarti aku tidak berharga. Justru, aku harus berusaha untuk menunjukkan diriku dengan cara yang lebih autentik, lebih jujur. Jika serangga tongkat itu merasa tidak terlihat, mungkin ia perlu melambaikan tangannya sedikit lebih tinggi, atau bahkan bergerak dari tempatnya.
Pelajaran kedua, aku harus lebih peka terhadap orang-orang di sekitarku. Mungkin ada seseorang yang merasa seperti serangga tongkat hari ini---diam, tak terlihat, tetapi berharap ada yang melihat mereka. Aku ingin menjadi seperti kumbang kepik, tetapi kali ini, aku ingin memastikan bahwa pelukan yang kuberikan benar-benar mengenai sasaran.
Merangkul dengan Hati
Hari ini, aku memutuskan untuk lebih memperhatikan sekitarku. Aku ingin mencoba lebih sering bertanya, "Apa yang benar-benar kamu butuhkan?" daripada langsung berasumsi bahwa aku tahu jawabannya. Aku ingin menjadi pribadi yang tidak hanya hadir, tetapi benar-benar "melihat." Karena, bukankah itu yang kita semua inginkan? Untuk dilihat, didengar, dan dirangkul---bukan sekadar secara fisik, tetapi juga secara hati.
Kartun kecil itu menyadarkanku bahwa hidup ini bukan tentang seberapa banyak yang kita lakukan, tetapi seberapa dalam kita melakukannya. Sebuah pelukan sederhana, jika diberikan dengan hati yang benar-benar memahami, bisa menjadi jembatan bagi yang merasa tak terlihat. Dan siapa tahu, mungkin aku juga bisa menemukan seseorang yang bersedia benar-benar melihatku.
Jadi, untuk hari ini, aku ingin mencoba menjadi lebih peka, lebih tulus, dan lebih "melihat." Karena setiap orang, seperti serangga tongkat itu, pantas untuk merasa ada. Dan aku percaya, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika kita semua bisa merangkul, dengan cara yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H