Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Book Preview, Solusi Tingkatkan Kualitas Buku

26 November 2024   10:32 Diperbarui: 26 November 2024   11:48 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun Buku yang Lebih Berkualitas dan Dekat dengan Pembaca

Proses penerbitan buku sering kali dianggap sebagai perjalanan yang linear: penulis menyelesaikan naskah, editor memolesnya, dan penerbit mencetak untuk kemudian dipasarkan. Namun, di balik rutinitas ini, ada sebuah peluang besar yang sering terabaikan---yakni melibatkan pembaca dan komunitas sejak awal melalui konsep "book preview".

Meski istilah ini terdengar asing di Indonesia, "book preview" atau pratinjau buku sebelum diterbitkan sebenarnya adalah praktik yang cukup umum di luar negeri. Ide ini tidak hanya membantu meningkatkan kualitas buku, tetapi juga mempererat hubungan antara penulis dan pembaca. 

Dengan melibatkan audiens lebih awal, penulis dapat memperoleh umpan balik yang berharga, sekaligus membangun antusiasme terhadap buku sebelum resmi diluncurkan. Dalam konteks penerbitan modern, "book preview" bukan hanya inovasi, melainkan kebutuhan.

Mengapa Penting Melibatkan Audiens Sejak Awal?

Buku adalah medium komunikasi. Ia tidak hanya mencerminkan ide-ide penulis, tetapi juga harus relevan dan bermakna bagi pembacanya. Sayangnya, banyak penulis yang menyelesaikan naskah tanpa benar-benar mengetahui apakah gagasan mereka akan diterima dengan baik. Di sinilah "book preview" berperan.

Dengan membuka sebagian isi buku untuk didiskusikan, penulis dapat memahami bagaimana gagasan mereka diterima oleh audiens target. Apakah ide-idenya relevan? Apakah ada bagian yang sulit dipahami? Masukan ini memungkinkan penulis melakukan revisi lebih tajam sebelum naskah masuk ke percetakan. Dalam beberapa kasus, umpan balik semacam ini bahkan bisa mengarahkan buku ke arah yang lebih kuat dan berdampak luas.

Menjembatani Kesenjangan Antara Penulis dan Pembaca

Di Indonesia, tradisi bedah buku biasanya dilakukan setelah buku diterbitkan. Acara ini sering kali hanya menjadi ajang promosi, dengan penulis berbicara tentang isi buku kepada audiens yang, mungkin, belum membaca buku tersebut. Sementara itu, "book preview" menawarkan pendekatan yang lebih interaktif. Penulis tidak hanya berbicara; mereka juga mendengar.

Misalnya, seorang penulis yang menggarap buku tentang pakaian tradisional dalam perspektif sosiologi dapat mengadakan "book preview" untuk menyajikan sebagian isi buku kepada komunitas yang relevan, seperti akademisi, pemerhati budaya, atau mahasiswa. 

Dalam diskusi ini, mereka dapat bertanya apakah pendekatannya sudah cukup mewakili keragaman budaya, apakah pembahasannya terlalu teoretis, atau apakah ada aspek tertentu yang justru menarik perhatian audiens tetapi belum diangkat. Dengan cara ini, buku tersebut menjadi lebih tajam, kaya, dan dekat dengan kebutuhan pembacanya.

Mengapa "Book Preview" Belum Populer di Indonesia?

Ada beberapa alasan mengapa praktik "book preview" belum banyak dikenal di Indonesia. Pertama, sebagian besar penulis dan penerbit masih fokus pada target penerbitan buku fisik sebagai hasil akhir, sehingga jarang mempertimbangkan proses interaksi dengan pembaca sebelum itu terjadi. Kedua, budaya diskusi terbuka tentang draf buku belum sepenuhnya berkembang, terutama di luar lingkaran akademik atau sastra.

Namun, dalam era di mana keterlibatan audiens menjadi semakin penting, "book preview" adalah langkah yang perlu dipertimbangkan. Penulis tidak hanya menyelesaikan naskah, tetapi juga memastikan bahwa buku mereka memiliki resonansi yang mendalam dengan pembacanya. Pada akhirnya, ini bukan hanya soal menyenangkan pembaca, tetapi juga soal memastikan bahwa buku yang diterbitkan benar-benar memberikan nilai.

Manfaat "Book Preview"

Praktik ini memiliki manfaat yang luas, baik untuk penulis, penerbit, maupun pembaca. Pertama, dari sisi penulis, "book preview" membantu mereka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan naskah sebelum terlanjur dicetak. Kritik konstruktif dari audiens memberikan perspektif segar yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

Kedua, bagi penerbit, acara seperti ini dapat menjadi bagian dari strategi pemasaran awal. Dengan melibatkan pembaca target sejak awal, mereka menciptakan kelompok "penggemar awal" yang memiliki ikatan emosional dengan buku tersebut. Orang-orang yang merasa terlibat dalam proses akan lebih mungkin merekomendasikan buku itu kepada orang lain setelah diterbitkan.

Ketiga, bagi pembaca, "book preview" adalah kesempatan untuk terlibat langsung dengan proses kreatif penulis. Mereka tidak hanya membaca buku, tetapi juga berkontribusi pada pembentukannya. Hal ini menciptakan pengalaman membaca yang lebih bermakna.

Bagaimana Memulai "Book Preview"?

Menerapkan "book preview" sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan. Langkah pertama adalah memilih segmen isi buku yang akan dipresentasikan. Penulis tidak perlu membuka seluruh naskah; cuplikan bab atau ringkasan ide utama sudah cukup. Setelah itu, penulis dapat mengundang audiens yang relevan, seperti komunitas pembaca, mahasiswa, atau kolega profesional. Formatnya bisa berupa diskusi santai, presentasi formal, atau bahkan sesi online.

Umpan balik dari audiens dapat dikumpulkan melalui diskusi langsung, kuesioner, atau platform digital. Penting bagi penulis untuk mendengarkan dengan pikiran terbuka dan menghindari defensif terhadap kritik. Bagaimanapun, tujuan dari "book preview" adalah menciptakan buku yang lebih baik, bukan mempertahankan ego penulis.

Membangun Tradisi Baru

Jika dikembangkan dengan baik, "book preview" dapat menjadi tradisi baru dalam dunia literasi Indonesia. Tidak hanya membantu penulis menghasilkan karya yang lebih relevan, tetapi juga memupuk budaya diskusi yang lebih inklusif. Bayangkan jika lebih banyak penulis yang berani membuka karyanya untuk dikritisi sebelum diterbitkan. Kualitas buku Indonesia akan meningkat, dan pembaca akan merasa lebih dihargai karena dilibatkan dalam proses kreatif.

Sebagai langkah awal, para penulis bisa mencoba mengadakan "book preview" di lingkup kecil, seperti komunitas atau kampus. Dari sana, praktik ini bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar dan berdampak luas.

Pada akhirnya, "book preview" bukan hanya soal menyelesaikan buku, tetapi juga soal menciptakan karya yang memiliki nyawa---karya yang benar-benar berbicara kepada pembacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun