Filsuf seperti Jean-Jacques Rousseau justru berpendapat bahwa melalui pendidikan dan pengaruh sosial, setiap individu memiliki potensi untuk memimpin atau berperan aktif dalam kepemimpinan kolektif. Pemimpin, menurut pandangan ini, tidak hanya dilahirkan tetapi juga dibentuk oleh lingkungan.
Kepribadian Pemimpin
Pandangan kedua menghubungkan kepemimpinan dengan kepribadian atau karakter moral. Sosok pemimpin yang kuat digambarkan sebagai seseorang dengan integritas, keadilan, dan kebijaksanaan. Pandangan ini dekat dengan pemikiran Aristoteles, yang menekankan bahwa pemimpin yang bijak adalah mereka yang memiliki keutamaan atau kebajikan (virtue). Aristoteles percaya bahwa karakter moral yang kuat merupakan fondasi dari kepemimpinan yang baik.
Namun, dalam filsafat politik modern, karakter yang baik tidak selalu cukup untuk menghasilkan pemimpin yang sukses. Kepemimpinan memerlukan adaptasi terhadap situasi yang dinamis dan kompleks.Â
Meskipun karakter penting, kemampuan untuk memahami dinamika sosial, politik, dan ekonomi menjadi faktor yang sama pentingnya. Pemimpin yang efektif harus lebih dari sekadar pribadi yang baik; mereka juga harus memiliki kompetensi dan ketangkasan dalam menghadapi berbagai situasi.
Keberhasilan Pemimpin
Pandangan ketiga menyebutkan bahwa keberhasilan seorang pemimpin bergantung pada perilakunya dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan. Pandangan ini dekat dengan pendekatan pragmatis dalam filsafat politik, yang melihat pemimpin sebagai sosok yang harus mampu menghadapi tantangan nyata dan membuat keputusan efektif berdasarkan peran dan fungsi kepemimpinannya.Â
Seorang pemimpin yang efektif adalah mereka yang menjalankan tugasnya secara aktif dan efisien sesuai kebutuhan situasi.
Dalam perspektif ini, filsuf seperti Niccolo Machiavelli memberikan penekanan pada pragmatisme politik. Machiavelli percaya bahwa seorang pemimpin yang baik bukan hanya mereka yang memiliki sifat-sifat mulia, tetapi yang mampu bertindak sesuai dengan tuntutan situasi. Bagi Machiavelli, pemimpin yang sukses adalah mereka yang mampu menyeimbangkan idealisme dengan kenyataan yang sering kali sulit.Â
Di sini, keberhasilan pemimpin tidak hanya bergantung pada kepribadian atau karakter, tetapi juga pada seberapa efektif mereka dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan.
Resistensi terhadap Prinsip Umum
Pandangan keempat menekankan bahwa seorang pemimpin yang kaku terhadap prinsip-prinsip umum dan tidak fleksibel dapat mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi yang kompleks. Dalam dunia yang penuh dengan perubahan, seorang pemimpin harus mampu menavigasi beragam nilai, pandangan, dan kepentingan yang ada. Ketidakfleksibelan dalam menghadapi perubahan dapat merusak efektivitas dan kredibilitas seorang pemimpin.
Dalam pandangan filsuf politik kontemporer seperti Isaiah Berlin, tidak ada satu prinsip universal yang dapat diterapkan pada semua kondisi. Sebaliknya, pluralisme nilai atau keberagaman nilai merupakan hal yang penting dalam masyarakat modern.Â
Pemimpin harus mampu menavigasi berbagai nilai dan menemukan keseimbangan antara prinsip dan fleksibilitas. Ketika seorang pemimpin terlalu terikat pada satu prinsip atau cara pandang, ia berisiko kehilangan relevansi dan kesesuaiannya dengan situasi sosial yang terus berubah.