Aku ketawa kecil sendiri waktu melihat komik lucu tentang serigala yang mencoba menyamar jadi domba. Mereka semua berusaha menyusup ke kawanan domba untuk mencari "target empuk". Tapi, ternyata tanpa mereka sadari, semua yang ada di situ juga adalah serigala yang sama-sama menyamar. Satu serigala bertanya dengan bingung, "Apakah semua di sini serigala?" Dan jawabannya, ya, ternyata benar. Semua di sana serigala! Di akhir cerita, mereka sadar kalau usaha mereka cuma jadi aksi sia-sia yang malah kelihatan konyol.
Aku jadi merenung setelahnya. Mungkin ini terlihat sekadar komik satir, tapi ternyata banyak makna yang bisa dipetik. Kadang kita sering berpikir bahwa kita bisa menyamar atau "berbaur" dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Tapi, tanpa sadar, sering kali lingkungan yang kita coba susupi juga diisi oleh orang-orang dengan niat yang sama, agenda yang tersembunyi, atau bahkan mungkin ambisi yang mirip. Lucunya, kita semua berakhir seperti serigala-serigala itu: kelihatan gagah di luar, tetapi pada akhirnya gagal karena tidak ada "domba" yang benar-benar bisa jadi target.
Refleksi dari komik ini membawa pikiranku melayang ke berbagai situasi yang aku alami, terutama di dunia kerja dan sosial. Misalnya, dalam lingkaran profesional, ada banyak orang yang berusaha "menyamar" sebagai sesuatu yang bukan diri mereka, mencoba berbaur dengan komunitas tertentu atau mungkin ikut tren demi pencapaian tertentu. Beberapa kali aku juga merasa seperti itu---mencoba masuk ke komunitas yang penuh dengan istilah-istilah yang kadang terkesan eksklusif, hanya untuk merasa "bagian dari mereka". Tapi, akhirnya, aku menyadari bahwa banyak dari kami mungkin ada di situ bukan untuk tujuan bersama, melainkan untuk keuntungan pribadi masing-masing.
Menariknya, komik tadi mengingatkanku bahwa tanpa tujuan yang jelas dan pemahaman yang dalam tentang situasi, usaha menyamar atau berpura-pura hanya akan menghabiskan energi. Di dunia yang terus bergerak ini, kita sering kali sibuk memoles citra, menambah "branding" pribadi, atau berusaha menjadi versi yang sesuai dengan ekspektasi orang lain. Tapi, ketika kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, "Apakah semua ini sepadan?" jawabannya bisa jadi samar-samar.
Dari sini, aku juga belajar tentang betapa pentingnya keaslian dalam menjalani hidup. Ketika kita berusaha terlalu keras untuk menjadi "bagian" dari sesuatu, kita mungkin lupa menjadi diri sendiri. Aku ingat beberapa kali terjebak dalam situasi yang membuatku berpikir, "Apakah ini benar-benar aku, atau ini sekadar peran yang aku mainkan demi diterima?" Pertanyaan ini cukup sering muncul, apalagi di zaman sekarang ketika media sosial menjadi panggung besar di mana semua orang berusaha terlihat terbaik.
Refleksi ini juga membawaku ke satu hal lain, yaitu tentang "serigala berbulu domba". Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang yang berpura-pura baik, berpura-pura peduli, atau bahkan berpura-pura menjadi "teman sejati". Namun, pada akhirnya, mereka memiliki agenda tersembunyi yang mungkin tidak sesuai dengan nilai atau keinginan kita. Ironisnya, kadang kita pun menjadi "serigala" dalam situasi tertentu tanpa sadar, mencoba menutupi jati diri asli dengan alasan ingin diterima atau dihargai.
Akhirnya, aku sampai pada kesimpulan sederhana tapi penting: menjadi diri sendiri, tanpa polesan, tanpa niat tersembunyi, adalah jalan terbaik untuk hidup yang lebih tenang. Alih-alih mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan yang penuh "serigala berbulu domba", mungkin lebih baik kita berfokus untuk menjadi domba asli di antara kawanan domba. Tidak perlu menjadi serigala yang mencoba menyusup, cukup menjadi diri sendiri dan percaya bahwa akan ada tempat di mana kita benar-benar bisa diterima tanpa harus berpura-pura.
Tentu saja, ini bukan berarti aku menutup diri dari perubahan atau adaptasi. Kadang-kadang, kita memang perlu beradaptasi dengan lingkungan baru. Tapi, bukan berarti kita harus kehilangan esensi diri. Aku ingin tetap bisa jujur dengan diri sendiri, meski dunia ini sering kali penuh dengan kepura-puraan dan permainan citra. Aku ingin bisa menjadi sosok yang, ketika melihat ke cermin, bisa berkata dengan yakin, "Ini aku, apa adanya, tanpa topeng."
Terima kasih, komik lucu, yang hari ini mengingatkanku tentang pentingnya kejujuran pada diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H