Bulan ini terasa berbeda. Artikel yang biasanya lahir satu per satu dari ujung jari terasa semakin sulit untuk dikerjakan. Ada banyak alasan untuk itu. Pertama, ada tugas besar yang harus saya tuntaskan sebelum tahun ini berakhir. Pekerjaan yang terus mendesak seperti gelombang pasang, sementara waktu seakan terus berlari meninggalkan saya.
Kesibukan sebagai narasumber di berbagai tempat semakin menambah daftar panjang agenda harian. Belum lagi, aktivitas mengajar dan membimbing mahasiswa yang membutuhkan perhatian penuh. Tak ada lagi ruang luang yang bisa dihirup lega. Jadwal hidup saya kini ibarat puzzle acak, dikerjakan sesempatnya, sesampainya. Yang lebih mendesak selalu mendapat tempat di atas tumpukan prioritas, tak peduli seberapa lelah saya harus mengejar. Akhirnya, semuanya berjalan random --- apa yang bisa dikerjakan, ya dikerjakan saja dulu.
Saya sadar, jadwal ini sudah mulai berantakan. Tumpang tindih, tanpa arah jelas. Kadang, saya hanya bisa tertawa kecil dalam hati saat berpikir, "Ini bukan manajemen waktu yang baik, tapi apa boleh buat?"Â
Ada satu hal yang sedikit mengganggu pikiran belakangan ini: pengumuman K-Rewards Kompasiana. Biasanya, tanggal 10 sudah muncul, tapi hingga tanggal 22 ini, kabarnya masih hilang entah ke mana. Ini bukan soal besar kecilnya reward, tapi soal posisi --- di mana saya berada di antara penulis lainnya. K-Rewards adalah cerminan kualitas dan hasil kerja keras selama sebulan penuh. Dan bulan ini, saya merasa seperti kehilangan pegangan, terutama dalam kategori video. Membuat video, meski hanya satu menit, bukan perkara mudah. Setiap detik membutuhkan persiapan panjang dan energi besar.
Jujur saja, saya mulai belajar untuk tidak terlalu mengejar target menjadi "Penulis Utama". Mungkin, ini saatnya memberi ruang bagi penulis pemula. Saya percaya, banyak potensi luar biasa di komunitas Kompasiana. Mereka hanya butuh kesempatan untuk bersinar. Semoga, dengan sedikit menahan langkah, saya bisa memberi mereka ruang itu.
Di sisi lain, saya mulai menyadari satu hal penting: kita, sebagai penulis atau siapa pun yang bergelut dengan kreativitas, tidak boleh terlalu memaksakan diri. Burnout itu nyata. Dan kalau kita terus berjalan tanpa jeda, alih-alih menciptakan sesuatu yang bermakna, kita hanya akan menghasilkan rasa frustrasi.
Saya ingin berbagi dengan siapa pun yang membaca ini: jangan biarkan diri kalian terjebak seperti saya. Buatlah jeda. Tak apa melambat sedikit, selama kita masih bisa menikmati perjalanan. Menulis dan berkarya itu soal proses, bukan hanya soal hasil. Dan dalam setiap langkah, sekecil apa pun, selalu ada makna yang bisa kita nikmati.
Mari, belajar lebih bijak menata ritme hidup kita. Sebab pada akhirnya, apa yang kita kerjakan bukan hanya tentang produktivitas, tapi juga tentang menjaga diri agar tetap waras dan bahagia.
Hari Santri Nasional, Sidoarjo, 22 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H