Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Antisipasi Dampak Gelombang Deflasi dan Pelemahan Kelas Menengah

8 September 2024   10:40 Diperbarui: 8 September 2024   10:40 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintah menerapkan belanja APBN berkualitas, salah satunya dengan meningkatkan daya beli masyarakat. (Dok. Humas Kemenkeu)

Ketahanan Industri Jasa Keuangan di Tengah Turbulensi Ekonomi

Industri jasa keuangan di Indonesia tampaknya masih terpelihara dari guncangan ekonomi yang disebabkan oleh deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menunjukkan keyakinan bahwa sektor ini masih stabil meskipun menghadapi tantangan ekonomi makro yang signifikan.

Pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia, meskipun diwarnai oleh deflasi, tidak sepenuhnya mencerminkan penurunan daya beli. Analisis dari OJK dan berbagai pihak menunjukkan bahwa industri keuangan masih mampu menjaga pertumbuhan positif, meskipun ada indikasi bahwa konsumsi rumah tangga menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kinerja ini ditopang oleh kebijakan pemerintah dan kerjasama yang solid antara lembaga keuangan dan regulator untuk meminimalisir dampak eksternal yang mungkin merugikan.

Namun, perlu diingat bahwa penurunan kelas menengah dapat memiliki dampak jangka panjang yang lebih kompleks. Kelas menengah yang terus menyusut telah dinyatakan oleh beberapa ekonom sebagai indikator utama dari pelemahan daya beli yang lebih luas, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi seluruh spektrum ekonomi. Deflasi yang terjadi bisa menjadi indikasi dari adanya penurunan permintaan yang signifikan, yang jika tidak ditangani dengan bijak bisa berakibat pada perlambatan ekonomi lebih luas lagi.

Tantangan yang dihadapi sektor keuangan tidak hanya bersumber dari dalam negeri tetapi juga dari ketidakstabilan ekonomi global, seperti tingginya inflasi di AS dan pelambatan ekonomi di Cina, yang semuanya membawa dampak pada proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan domestik. Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi Indonesia untuk tetap berhati-hati dan mempersiapkan strategi yang dapat mengatasi berbagai kemungkinan skenario yang mungkin terjadi di masa depan.

Refleksi dan Strategi Menghadapi Pelemahan Ekonomi

Di tengah tantangan yang dialami oleh industri jasa keuangan, langkah-langkah strategis diperlukan untuk mengantisipasi potensi dampak negatif yang lebih berkelanjutan. Dari data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi deflasi sebesar 0,18 persen di bulan Juli 2024, yang menandai tren deflasi yang telah berlangsung selama empat bulan berturut-turut. Deflasi ini, bersamaan dengan penurunan jumlah kelas menengah yang telah berlangsung selama lima tahun terakhir, menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam struktur ekonomi yang berpotensi mempengaruhi semua sektor, termasuk keuangan.

Pemerintah menerapkan belanja APBN berkualitas, salah satunya dengan meningkatkan daya beli masyarakat. (Dok. Humas Kemenkeu)
Pemerintah menerapkan belanja APBN berkualitas, salah satunya dengan meningkatkan daya beli masyarakat. (Dok. Humas Kemenkeu)

Para ahli ekonomi, seperti Faisal dari Katadata, mengindikasikan bahwa penurunan daya beli yang terefleksi dalam deflasi ini menggambarkan perlunya penyesuaian kebijakan untuk meningkatkan konsumsi dan memulihkan kepercayaan konsumen. Hal ini bisa mencakup kebijakan fiskal yang lebih proaktif dan reformasi struktural yang mendalam untuk memperkuat ekonomi domestik dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Lebih lanjut, industri keuangan harus bersiap menghadapi perlambatan permintaan atas produk-produk keuangan seperti kredit perbankan, yang dapat terjadi karena masyarakat mengurangi pengeluaran mereka dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Peningkatan klaim atas asuransi juga menjadi salah satu indikator yang memerlukan perhatian, karena ini dapat berdampak langsung terhadap cash flow dan kinerja industri asuransi.

Kolaborasi antarsektor menjadi kunci dalam menghadapi kondisi ini. Kerjasama antara lembaga keuangan dengan pemerintah dan regulator perlu ditingkatkan untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam menjaga stabilitas sektor keuangan. Dukungan dari kebijakan publik yang solid, seperti yang diusulkan oleh Yusuf dari CORE, akan membantu sektor ini untuk tetap resilient dalam menghadapi fluktuasi ekonomi yang lebih luas.

Dalam menyimpulkan, meskipun tantangan ekonomi seperti deflasi dan penurunan kelas menengah memiliki potensi dampak negatif terhadap industri jasa keuangan, langkah-langkah antisipatif dan kolaboratif dapat memberikan dasar yang kuat untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun