Menurut Kant, ada dua jenis dunia: noumenal world, yang merupakan dunia sejati di luar persepsi kita, dan phenomenal world, yaitu dunia seperti yang kita rasakan.Â
Gajah dalam gambar ini adalah bagian dari phenomenal world---bukan realitas gajah yang sebenarnya, tetapi realitas seperti yang kita rasakan melalui persepsi visual yang terbatas.Â
Kant menyarankan bahwa kita tidak pernah bisa benar-benar mengetahui realitas dunia noumenal, karena kita selalu terperangkap dalam fenomena yang dirancang oleh pikiran kita.
Dari perspektif filsafat Timur, konsep ilusi dapat ditinjau melalui ajaran Maya dalam filsafat India kuno, terutama dalam Vedanta.
Maya adalah kekuatan yang menyebabkan dunia fisik ini tampak nyata, padahal sebenarnya hanyalah ilusi.Â
Sama seperti gambar gajah yang tampaknya terdiri dari dua, namun sebenarnya empat, manusia sering kali terjebak dalam ilusi, menganggap realitas fisik sebagai satu-satunya yang ada.Â
Dalam konteks ini, gajah menjadi perumpamaan tentang betapa kompleksnya realitas dan ilusi yang kita hadapi setiap hari.Â
Dunia fisik adalah hasil dari persepsi yang dibentuk oleh Maya, yang pada akhirnya menjauhkan kita dari kebenaran tertinggi.
Buddha juga mengajarkan konsep yang serupa tentang Anicca, atau ketidakkekalan.Â
Segala sesuatu dalam dunia ini bersifat sementara dan berubah, dan keterikatan pada persepsi palsu atau bentuk ilusi hanya akan membawa penderitaan.Â
Ketika kita melihat gajah dalam gambar ini, kita diajak untuk tidak hanya melihat sekadar garis dan bentuk, tetapi juga mempertanyakan tentang realitas di baliknya.