Kopi di Lereng Sunyi
Aku minum kopi di lereng gunung, Â
Sunyi, jauh dari hiruk politik. Â
Di sini, tak ada keriuhan mulut-mulut, Â
Yang saling merebut sisa-sisa kekuasaan.
Kopi hitam, pekat, sepekat pikiranku, Â
Di antara kabut yang turun perlahan. Â
Aku meneguk pahitnya, meresapi hangatnya, Â
Membakar sepi dalam cangkir kehidupan.
Biar dunia di bawah sana bergemuruh, Â
Dengan pertarungan tanpa akhir. Â
Di sini, di lereng sunyi, Â
Aku bebas, merdeka, Â
Dari keriuhan mereka.
Di setiap tegukan, aku menemukan Â
Makna kesederhanaan, yang hilang di kota. Â
Di sini, kopi bicara, Â
Bukan soal kuasa, tapi rasa. Â
Rasa yang membawaku jauh, Â
Ke puncak sunyi, Â
Tempat aku menjadi diri, tanpa topeng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H