Leluhur di Setiap Helai
Di kota yang lahir dari kain dan warna, Â
Pekalongan menulis kisahnya di setiap helai batik, Â
Dengan malam yang menari di atas kain putih, Â
Dan tangan-tangan pengrajin, warisan dari leluhur.
Oh, Pekalongan, kota yang mencumbu laut, Â
Di setiap ombak, ada rindu yang diukir, Â
Seperti batik yang digoreskan dengan cinta, Â
Warna-warnamu adalah doa yang tak pernah padam.
Langitmu biru, melukis mimpi di cakrawala, Â
Di bawah bayang-bayang pohon beringin, Â
Anak-anakmu menggali dalam-dalam, Â
Menghidupkan tradisi yang tak pernah usang.
Tiap goresan adalah sejarah, Â
Tiap warna adalah darah yang mengalir, Â
Di sini, kita mendengar nyanyian tanah, Â
Dan membaca nasihat dari angin yang berhembus lembut.
Wahai kota yang penuh makna, Â
Engkau ajarkan kami tentang ketekunan, Â
Bahwa dalam setiap titik dan garis, Â
Ada cerita yang menunggu untuk dijahit menjadi kenangan.
Dan kini, di antara lautan batik yang terhampar, Â
Kami melihat wajah para leluhur, Â
Mereka tersenyum, bangga dengan anak-anaknya, Â
Yang terus menenun mimpi-mimpi di atas kain kehidupan.
Pekalongan, engkau adalah nafas yang abadi, Â
Dalam dirimu, kami menemukan kembali jati diri, Â
Melalui warna dan motif, engkau berbicara, Â
Tentang cinta yang tak pernah hilang, Â
Tentang warisan yang akan selalu hidup.
Hotel Santika, Pekalongan, 13-08-2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H