Setelah pertemuan tersebut, Sir Hamish kembali ke hotel dan berdiskusi panjang dengan David Heath. Heath, yang lebih pragmatis, menekankan bahwa menerima kondisi ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kontrak dan memastikan kelangsungan Graham Construction. Heath juga mengingatkan bahwa pesaing mereka dari Amerika, Jepang, dan Jerman siap untuk mengambil alih proyek tersebut jika mereka menolak.
Dengan berat hati, Sir Hamish akhirnya memutuskan untuk menerima persyaratan yang diajukan Perez. Dia merasa terjebak antara prinsip-prinsip yang telah dia pegang sepanjang hidupnya dan kebutuhan praktis untuk menyelamatkan perusahaannya dari keterpurukan. Keputusan ini menjadi ujian terbesar bagi nilai-nilai yang dia junjung tinggi.
Setelah menyampaikan keputusan mereka kepada Perez, kontrak segera ditandatangani. Graham Construction mendapatkan proyek jalan lingkar Mexico City, yang menjadi proyek terbesar dan paling menantang yang pernah mereka tangani. Proses pembangunan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari masalah logistik hingga birokrasi lokal, namun dengan kerja keras dan dedikasi, mereka berhasil menyelesaikannya tepat waktu.
Proyek ini membawa keuntungan besar bagi Graham Construction, mengangkat kembali reputasi dan kestabilan finansial perusahaan. Namun, bagi Sir Hamish, kesuksesan ini datang dengan harga. Dia menyadari bahwa dia telah mengorbankan sebagian dari prinsip-prinsipnya demi kelangsungan bisnis. Meskipun demikian, dia juga melihat bahwa fleksibilitas dan adaptasi adalah bagian dari perjalanan seorang pemimpin.
Cerita ini berakhir dengan refleksi mendalam Sir Hamish tentang perjalanan kariernya, pencapaiannya, dan nilai-nilai yang dia pegang. Meskipun dia berhasil membawa perusahaannya melalui masa sulit dan mencapai kesuksesan baru, pengalaman di Meksiko mengajarinya bahwa dalam dunia bisnis, terkadang prinsip harus diimbangi dengan realitas praktis.