Kunjungan Andi ke Jepang membawa pengalaman yang tak terlupakan. Di sebuah sore yang cerah, Andi duduk di sebuah kursi publik di Tokyo yang dilengkapi dengan pedal untuk menghasilkan listrik. "Wow, teknologi ini bisa dipakai sambil olahraga, keren!" gumam Andi kagum.
Di sampingnya, seorang pria Jepang yang tampak tenang sedang membaca koran. Andi, tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya, mulai mengajak pria tersebut berbicara. "Hai, saya Andi dari Indonesia. Jepang benar-benar maju ya, pasti karena semua orang di sini cerdas-cerdas!"
Pria itu menoleh, tersenyum, dan menjawab, "Sebenarnya, tidak juga. Kami di Jepang punya satu orang pintar dan sembilan orang biasa saja. Tapi yang pintar itu kami taruh di posisi kepemimpinan, jadi semuanya berjalan lancar."
Andi tertawa dan berkata, "Oh, di Indonesia kami punya sembilan orang pintar, tapi satu orang yang biasa saja yang kami jadikan pemimpin!"
Pria Jepang itu tertawa kecil, "Nah, mungkin itulah bedanya. Pemimpin yang biasa saja bisa membuat kesan bahwa semua orang pintar di sekelilingnya harus mengikuti instruksi yang kurang efisien."
Andi mengangguk, seraya kembali mengayuh pedal kursinya, merenungkan pemikiran yang mungkin terlalu mendalam untuk sore hari yang santai. Mereka berdua kemudian tertawa bersama, menikmati momen kecil dari perbedaan budaya yang ironis itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H