Kedatangan dan Rencana Bisnis
Eduardo Francisco de Silveira, seorang taipan bisnis asal Brasil, tiba di Nigeria dengan rencana besar untuk mendirikan ibu kota baru di Abuja. Di awal ceritanya, Eduardo datang dengan pesawat pribadi dan disambut oleh Kolonel Usman dan rombongan mobil mewah. Karakter Eduardo digambarkan sebagai sosok yang sangat berpengaruh dan kaya, dengan latar belakang keluarga yang kuat di Brasil serta pendidikan tinggi di Amerika dan Harvard.
Setelah tiba di Nigeria, Eduardo bertemu dengan berbagai pejabat penting, termasuk Gubernur Bank Sentral Nigeria, untuk membahas kelayakan dan pembiayaan proyek tersebut. Selama pembicaraan, Eduardo menunjukkan kepintarannya dalam bisnis dan diplomasi, meski terdapat saingan bisnis yang kuat dari keluarga Rodrigues yang juga mencoba mempengaruhi proyek di Nigeria.
Eduardo menggunakan kesempatan ini untuk memperkuat posisinya dan menggali lebih dalam tentang sistem pemerintahan Nigeria yang mirip dengan Brasil, yang membuatnya berpikir bahwa dia bisa mengulangi kesuksesannya seperti di tanah airnya. Namun, ketegangan meningkat dengan adanya kompetisi dan rivalitas dalam dunia bisnis yang keras di Nigeria.
Konflik dan Pengkhianatan
Seiring cerita berlanjut, Eduardo menghadapi tantangan yang lebih besar ketika terjadi kudeta militer yang tiba-tiba menggulingkan pemerintahan yang ada. Kudeta ini membawa ketidakpastian besar bagi proyek pembangunan ibu kota baru di Abuja yang tengah direncanakan Eduardo. Dalam kekacauan ini, Eduardo menunjukkan kecerdasannya dalam menavigasi situasi politik yang tidak stabil, berusaha menjaga proyek dan investasinya tetap aman.
Di tengah krisis, Eduardo bertemu kembali dengan Manuel Rodrigues, rival bisnisnya, yang secara tidak terduga juga hadir di Nigeria. Pertemuan ini membawa perubahan dinamika antara kedua tokoh tersebut. Awalnya, kedua pihak saling curiga dan bersaing, tetapi keadaan darurat memaksa mereka untuk berkomunikasi dan bekerja sama. Manuel, yang tadinya hanya fokus pada proyek pelabuhan di Lagos, mulai melihat potensi kerjasama dengan Eduardo untuk menghindari kerugian lebih besar.
Situasi menjadi lebih rumit ketika kedua pebisnis tersebut mulai mengungkap motif dan rencana masing-masing. Eduardo menyadari bahwa kehadiran Manuel mungkin tidak semata-mata kebetulan dan mulai mempertanyakan kesetiaan dan niat sebenarnya dari orang-orang di sekitarnya. Kedua karakter ini, dengan hati-hati dan strategis, mulai merumuskan rencana baru yang akan menguntungkan kedua belah pihak, sambil tetap waspada terhadap kemungkinan pengkhianatan.
Eduardo dan Manuel kemudian menghabiskan waktu untuk mendiskusikan strategi dan potensi kolaborasi, mengidentifikasi bahwa mereka mungkin memiliki lebih banyak keuntungan dengan menggabungkan sumber daya daripada bersaing. Mereka secara bertahap membangun rasa saling percaya, meskipun tetap ada ketegangan dan kecurigaan tentang motif sebenarnya masing-masing.
Resolusi dan Kesepakatan Strategis
Di bagian akhir cerita, Eduardo dan Manuel menghadapi ujian terberat dari hubungan baru mereka. Dengan bandara ditutup dan komunikasi terbatas akibat kudeta, kedua pebisnis tersebut terpaksa tinggal lebih lama di Nigeria daripada yang direncanakan. Mereka menggunakan waktu ini untuk lebih mendalami detail kontrak dan negosiasi mereka, yang mengarah pada penemuan peluang baru dan cara untuk memanfaatkan situasi politik yang tidak stabil demi keuntungan bersama.
Saat mereka mulai bekerja sama, muncul tantangan baru dari pihak-pihak yang tidak senang dengan aliansi mereka. Namun, dengan menggabungkan kekuatan, Eduardo dan Manuel berhasil mengamankan kontrak pembangunan jalan besar yang menghubungkan seluruh Amazon, sebuah proyek yang sebelumnya hampir jatuh ke tangan saingan mereka. Kerjasama ini tidak hanya menguntungkan kedua belah pihak secara finansial tetapi juga membawa stabilitas dan kepastian lebih kepada proyek-proyek mereka di Nigeria.
Konflik mencapai klimaks ketika Eduardo menerima kabar bahwa kudeta telah digagalkan dan pemerintahan sebelumnya telah dipulihkan. Perubahan ini membawa kelegaan tetapi juga menimbulkan pertanyaan baru tentang masa depan proyek Abuja dan hubungan kerjasama dengan Manuel. Dengan bandara dibuka kembali, Eduardo dan Manuel memutuskan untuk kembali ke Brasil, membawa pengalaman dan pelajaran berharga dari peristiwa tersebut.