Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Konflik yang Tidak Dapat Diselesaikan, Asalkan...

22 Juni 2024   08:07 Diperbarui: 22 Juni 2024   08:08 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Konflik dan resolusi. (Sumber: Quarterinchhole.com)

Konflik dan Resolusi

Dalam dinamika sosial yang serba kompleks, konflik merupakan fenomena yang tidak terhindarkan. Karikatur yang menampilkan dua orang berargumen tentang angka 6 dan 9 (lihat gambar di atas), menunjukkan betapa pentingnya perspektif dalam memahami konflik. Dari perspektif yang berbeda, sebuah masalah bisa terlihat sangat berbeda, yang menyoroti pentingnya pendekatan yang tepat dalam resolusi konflik.

Pertama, kita perlu memahami bahwa konflik bisa muncul dari perbedaan kepentingan, posisi, atau kebutuhan antar individu atau kelompok. Resolusi konflik berusaha untuk mendamaikan perbedaan ini dengan cara yang adil dan memuaskan untuk semua pihak yang terlibat (Buku.kompas.com, 25/07/2023).

Ada beberapa metode yang umum digunakan dalam resolusi konflik. Negosiasi, misalnya, memungkinkan pihak-pihak yang berselisih untuk berunding dan mencari solusi bersama, seringkali melalui kompromi atau mediasi yang melibatkan pihak ketiga untuk membantu menemukan jalan tengah (Buku.kompas.com, 25/07/2023).

Menariknya, teori konflik oleh Johan Galtung menyoroti tiga bentuk pendekatan resolusi: peacemaking, peacekeeping, dan peacebuilding. Setiap tahapan ini memiliki target dan pendekatan yang berbeda tetapi berujung pada tujuan yang sama: perdamaian jangka panjang (Tirto.id, 22/03/2021).

Sumber: Freepik.com
Sumber: Freepik.com
Praktek resolusi konflik juga melibatkan pemahaman mendalam tentang akar penyebab konflik dan dinamika antara pihak-pihak yang bertikai. Pemetaan konflik, misalnya, bisa sangat bermanfaat untuk menentukan jenis konflik, apakah itu sosial, budaya, politik, atau identitas, yang masing-masing memerlukan pendekatan yang berbeda untuk diselesaikan (Swastikaresolusikonflik.blogspot.com, 28/04/2024).

Dalam praktiknya, mencapai resolusi konflik yang efektif membutuhkan lebih dari sekedar pemahaman teoritis; dibutuhkan keterampilan praktis seperti mendengarkan aktif, negosiasi, dan pemecahan masalah. Keterampilan ini membantu dalam memfasilitasi dialog yang efektif dan mencari solusi yang kreatif yang memenuhi kebutuhan semua pihak yang terlibat (Revou.co; Glints.com, 15/08/2022).

Konflik yang dikelola dengan baik tidak hanya menyelesaikan masalah jangka pendek tetapi juga mengembangkan hubungan yang lebih harmonis dan produktif dalam jangka panjang, mengurangi kemungkinan konflik di masa depan dan membangun masyarakat yang lebih inklusif dan stabil (Buku.kompas.com, 25/07/2023).

Dengan memahami berbagai dimensi dan pendekatan dalam resolusi konflik, kita dapat lebih efektif dalam mengatasi perbedaan pendapat dan perspektif, sama seperti dua orang dalam karikatur yang mencapai kesepakatan melalui pendekatan matematis yang kreatif dan inklusif.

Implementasi dan Strategi dalam Resolusi Konflik

Langkah selanjutnya dalam resolusi konflik adalah implementasi dari solusi yang telah disepakati. Seperti yang digambarkan dalam contoh manajerial di sebuah agensi pemasaran, resolusi konflik yang efektif memerlukan tidak hanya kesepakatan di meja perundingan tetapi juga penerapan solusi yang kreatif dan praktis yang memenuhi kebutuhan semua pihak yang terlibat (Revou.co). Evaluasi berkelanjutan adalah kunci untuk memastikan bahwa solusi yang diimplementasikan tetap relevan dan efektif dalam jangka panjang, menilai apakah konflik telah diselesaikan secara efektif, dan membuat penyesuaian jika diperlukan.

Selain itu, strategi yang digunakan dalam resolusi konflik bisa sangat beragam, tergantung pada sifat konflik itu sendiri. Misalnya, dalam situasi di mana ketegangan tinggi dan risiko konflik menjadi lebih besar, strategi seperti akomodasi atau bersaing mungkin kurang efektif dibandingkan dengan kolaborasi atau kompromi yang mencari kesepakatan bersama guna mengakhiri perselisihan (Gajihub.com, 08/08/2023). Kolaborasi, sebagai strategi win-win, menunjukkan bagaimana pihak yang terlibat dapat bekerja sama untuk mengidentifikasi dan menerapkan solusi yang menguntungkan semua pihak, yang seringkali membutuhkan inovasi dan fleksibilitas tinggi dalam pendekatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun